Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebal Gosip, SBY dan Ani Tetap Jengkel

Kompas.com - 19/02/2014, 14:57 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Menjadi pemimpin, khususnya pemimpin puncak, ternyata tidak selalu serba enak. Gunjingan, gosip, bahkan fitnah sering kali menyerang. Tak hanya kepada sang pemimpin itu sendiri, gunjingan, fitnah, dan gosip juga diarahkan kepada keluarganya. Entah apa sebabnya dan bagaimana sejarahnya, tetapi yang pasti kondisi seperti itu sudah terjadi sejak dulu hingga sekarang.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga mengalami hal seperti itu. Namun, kesabaran telah membuatnya tegar menghadapi badai fitnah tersebut. "Oleh karena itu, sebagaimana yang saya dan keluarga rasakan, pemimpin, di samping harus sabar, juga harus tegar menghadapi semua itu," kata SBY dalam buku Selalu Ada Pilihan (SAP) seperti dikutip situs Sekretariat Kabinet.

Dalam buku yang ditulis sendiri dan diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (2014) itu, Presiden SBY mengungkapkan serangan gosip bertubi-tubi yang ditujukan kepada beliau dan keluarganya, terutama menyangkut kecurigaan adanya bisnis yang dijalankan keluarga SBY.

"Tentu yang dimaksud adalah bisnis yang tidak benar. Bisnis karena fasilitas. Bisnis APBN," Presiden menambahkan.

Diceritakan, pernah suatu kali ada pesan pendek (SMS) yang ditujukan kepada Ibu Negara Ani Yudhoyono. Isi SMS itu, "Bu, apa benar ada bisnis Ibu di tambang batu bara?"

Tentu Ibu Ani dengan nada jengkel balik bertanya, siapa yang menggosipkan itu? Bisnis batu bara di mana? Ternyata, usut punya usut, ada orang yang kasak-kusuk di daerah untuk mendapatkan konsesi tambang dengan mengatasnamakan Cikeas.

Tak kalah serunya gosip yang menyentuh Presiden SBY secara langsung. "Yang lumayan seru adalah gosip tentang bisnis saya di Pertamina. Tepatnya, saya digosipkan ada bisnis di Pertamina yang kemudian katanya ada setoran ke Cikeas," kata SBY.

Berita itu merebak pada awal tahun 2012. Ini cukup serius karena juga ramai dipergunjingkan di media sosial. Bahkan, ada seorang purnawirawan Mayor Jenderal TNI yang juga sahabat SBY datang dan mempertanyakan gosip tersebut.

Ketika dibantah SBY, sang purnawirawan melanjutkan, "Benar. Bukan Anda yang berbisnis, tapi katanya ada seseorang yang menjalankan bisnis jual beli minyak. Kemudian, mereka diminta setor ke Cikeas."

"Jahat benar orang-orang itu. Kawan, seribu persen berita itu tidak benar. Bukan hanya seratus persen. Saya ini keras pada  urusan seperti itu, termasuk menjaga jangan sampai ada benturan kepentingan saya, atau conflict of interest," kata Presiden.

Diceritakan juga dalam buku tersebut bahwa Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam juga kesal karena mendapatkan informasi seperti itu. Bahkan, Sudi menyatakan kekesalannya dan langsung menelepon pejabat terkait ihwal berita fitnah tersebut. Sudi meminta pejabat memberi penjelasan ketika ada berita fitnah, jangan hanya diam.

"Jadi, saya tahu persis hal-hal seperti itu jauh dari kehidupan beliau," ujar Sudi yang telah menemani SBY sebagai Presiden selama 9 tahun dan 8 tahun menemani SBY di dunia militer.

Kebal, tetapi jengkel

Presiden SBY dan keluarga tentu merasa tersakiti dengan fitnah tersebut. "Meskipun saya dan istri sebenarnya sudah kebal, tetap saja jengkel. Saya pikir manusiawi. Presiden manusia biasa. Saya malah menjadi tidak jujur kalau mengatakan tidak pernah kesal, tidak pernah marah, tidak pernah sedih, tidak pernah merasa terhina. Dalam raga saya ada hati, dalam jiwa saya ada rasa,"  ungkap Presiden lagi.

SBY menilai para pembuat fitnah itu adalah orang-orang "kreatif". Namun, sayangnya, kreativitasnya itu tidak membawa manfaat bagi bangsa dan sebaliknya hanya membuat keonaran sosial serta menambah dosa.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com