Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Punya Hasrat Menjadi Politisi, Anda Punya Peluang untuk Kehilangan"

Kompas.com - 16/02/2014, 11:51 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Menjelang pemilihan umum dan pemilihan presiden yang akan berlangsung beberapa bulan mendatang, sejumlah sosok yang mencalonkan diri maupun dijagokan untuk menduduki kursi presiden dan wakil presiden periode 2014-2019 telah meramaikan jagad politik nasional.

Sosok yang tampil bukan hanya dari latar belakang politisi, namun juga pengusaha, akademisi, pemilik media dan juga purnawirawan TNI.

Pengamat politik Alfan Alfian dalam bukunya "Menjadi Pemimpin Politik", mengatakan, banyak motivasi mengapa orang memiliki hasrat untuk menjadi pemimpin.

Menukil pendapat Anthony D'Souza, Alfan mengatakan, beberapa alasan mengapa orang ingin menjadi pemimpin antara lain untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, gengsi, kepenuhan diri, tantangan, pengakuan, rasa hormat, mengendalikan dan memberi arah.

"D'Souza merangkum alasan-alasan itu ke dalam tiga kategori yang pertama untuk mendapatkan kekuasaan, yang kedua untuk mendapatkan kendali atau menjadi yang berwenang dan ketiga untuk menjadi yang dilayani atau mendapatkan pengakuan, rasa hormat, gengsi, kekayaan dan sebagainya," katanya seperti dikutip dari Antara.

Salah satu "atribut" dalam kampanye menjelang pemilihan umum dan pemilihan presiden yang dilakukan adalah menyampaikan janji politik dan juga menciptakan citra positif.

Namun, seiring dengan perkembangan pemahaman masyarakat mengenai politik, maka pencitraan tidak dapat lagi diandalkan sebagai alat utama untuk melaju dalam pemilihan presiden maupun pemilihan umum.

Pengamat komunikasi politik Heri Budiyanto dalam sebuah kesempatan diskusi belum lama ini menyatakan, politik pencitraan sudah tidak lagi mujarab untuk menaikkan keterpilihan calon presiden pada Pemilihan Umum 2014 karena rakyat sudah semakin cerdas memilih.

"Selamat tinggal politik pencitraan karena rakyat sudah mengetahui calon presiden yang hanya mengejar pencitraan atau secara tulus ingin mengabdi untuk bangsa," kata Guru Besar Universitas Mercu Buana Jakarta itu.

Ia mengungkapkan, rakyat sudah bisa menilai dari rekam jejak para calon presiden, apakah amanah menjalankan tugas sebagai pemimpin walaupun di level yang lebih kecil atau sudah pernah diberi tanggung jawab, namun tidak amanah.

Sementara itu, mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso saat mengisi kuliah umum di Banda Aceh beberapa waktu lalu, meminta masyarakat yang memiliki hak pilih pada pemilihan umum legislatif dan presiden pada 2014 tidak terkecoh dengan pencitraan politik yang dilakukan setiap calon.

"Saya berharap seluruh pemilih dapat menentukan pilihanya pada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin bangsa kearah lebih baik di masa mendatang," katanya.

Dijelaskan Sutiyoso, seorang pemimpin masa depan harus memiliki keberanian dan kemampuan untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa yang muncul disetiap kawasan.

Menurut dia, pemimpin masa depan juga harus memiliki pengalaman yang cukup untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul seperti persoalan politik, penegakan hukum, ekonomi, pertahanan negera dan peningkatan sumber daya manusia di berbagai sektor.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga memperingatkan siapa pun yang akan maju dalam pilpres mendatang tak sekedar mengedepankan pencitraan untuk mendorong elektabilitasnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

BrandzView
Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Nasional
Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Nasional
Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Nasional
Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Nasional
Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Nasional
Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Nasional
Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Nasional
Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Nasional
Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Nasional
Tuding PDI-P Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo, Projo: Taktik Belah Bambu

Tuding PDI-P Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo, Projo: Taktik Belah Bambu

Nasional
Projo Ungkap Isi Pembicaraan dengan Jokowi soal Langkah Politik Kaesang di Pilkada

Projo Ungkap Isi Pembicaraan dengan Jokowi soal Langkah Politik Kaesang di Pilkada

Nasional
Ada 'Backlog' Pemilikan Rumah, Jadi Alasan Pemerintah Wajibkan Pegawai Swasta Ikut Tapera

Ada "Backlog" Pemilikan Rumah, Jadi Alasan Pemerintah Wajibkan Pegawai Swasta Ikut Tapera

Nasional
Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Ajak Delegasi ASCOPE ke Konservasi Penyu untuk Lepas Tukik

Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Ajak Delegasi ASCOPE ke Konservasi Penyu untuk Lepas Tukik

Nasional
Projo Mengaku Belum Komunikasi dengan Kaesang Soal Pilkada

Projo Mengaku Belum Komunikasi dengan Kaesang Soal Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com