Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi dan "Personality Politics" Penentu Pemilu Presiden 2014

Kompas.com - 09/01/2014, 04:21 WIB
Kontributor Singapura, Ericssen

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com — Kepribadian kandidat dinilai bakal menjadi penentu dalam Pemilu Presiden 2014 di Indonesia. Kondisi itu dikenal sebagai personality politics.

"Sosok yang paling berkharisma (dan) mampu menggugah perhatian warga yang akan terpilih," kata Associate Professor Leonard Sebastian, Direktur Program Studi Indonesia di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, akhir pekan lalu.

Sebastian mengatakan, pemilu Indonesia tidak ditentukan oleh ideologi ataupun platform partai politik. Contoh personality politics yang berlangsung di Indonesia, sebut dia, adalah melejitnya popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

Sosok Jokowi dengan kegiatan blusukan-nya, kata Sebastian, mampu menggugah warga, terutama dari kalangan miskin yang tinggal di kawasan kumuh. Jokowi digambarkan sebagai sosok yang merakyat dan tak elitis.

Bisnis Jokowi pun diyakini publik dibangun dari bawah sehingga tahu rasa hidup susah. Sebastian mengatakan, kinerja Jokowi dalam satu tahun terakhir memimpin Jakarta juga terlihat lebih sukses dibandingkan kinerja lima tahun pendahulunya, Fauzi Bowo.

Tantangan PDI-P

Namun, Sebastian menyebutkan pula satu pertanyaan besar yang akan muncul bila Jokowi ternyata tak menjadi calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, sekalipun tetap maju dalam Pemilu Presiden 2014.

"Pertanyaannya adalah apakah kepribadian Jokowi akan tetap mampu mendulang suara jika (hanya) dicalonkan menjadi wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri," papar profesor dari Australian National University ini.

Sampai saat ini belum ada sinyal nyata dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tentang calon yang akan mereka usung dalam Pemilu Presiden 2014. Siapa pun calon yang diusung partai ini, kata Sebastian, penantang mereka adalah Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie.

Prabowo, papar Sebastian, adalah tokoh populer di pedesaan. Karakter Prabowo juga dikenal tegas, imbuh dia, menjadi antitesis dari figur Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Adapun figur Aburizal, Sebastian menilainya punya kekurangan dari sisi kharisma dan star power.

Menurut Sebastian, stigma Prabowo sebagai pelanggar HAM tidak akan punya pengaruh signifikan. "Prabowo sudah membangun citranya sejak 2009 dan masyarakat mengenalnya, faktor yang sangat penting," ujar dia.

Sementara itu, Partai Demokrat diperkirakan hanya akan memperoleh suara sekitar 10 persen. Bisa maju atau tidaknya kandidat hasil konvensi calon presiden yang digelar partai itu, menurut dia, akan tergantung pada tawar-menawar politik Partai Demokrat dengan koalisinya.

Dari semua peserta konvensi, Sebastian menyebut mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo, dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sebagai kandidat yang paling berpeluang memenangi proses seleksi internal tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BNBP: Sumatera Barat Masih Berpotensi Diguyur Hujan Lebat hingga 20 Mei 2024

BNBP: Sumatera Barat Masih Berpotensi Diguyur Hujan Lebat hingga 20 Mei 2024

Nasional
Alexander Sarankan Capim KPK dari Polri dan Kejaksaan Sudah Pensiun

Alexander Sarankan Capim KPK dari Polri dan Kejaksaan Sudah Pensiun

Nasional
Draf RUU Penyiaran: Masa Jabatan Anggota KPI Bertambah, Dewan Kehormatan Bersifat Tetap

Draf RUU Penyiaran: Masa Jabatan Anggota KPI Bertambah, Dewan Kehormatan Bersifat Tetap

Nasional
Latihan TNI AL dengan Marinir AS Dibuka, Pangkoarmada I: Untuk Tingkatkan Perdamaian

Latihan TNI AL dengan Marinir AS Dibuka, Pangkoarmada I: Untuk Tingkatkan Perdamaian

Nasional
Siapkan Sekolah Partai untuk Calon Kepala Daerah, PDI-P Libatkan Ganjar, Ahok hingga Risma

Siapkan Sekolah Partai untuk Calon Kepala Daerah, PDI-P Libatkan Ganjar, Ahok hingga Risma

Nasional
Sektor Swasta dan Publik Berperan Besar Sukseskan World Water Forum Ke-10 di Bali

Sektor Swasta dan Publik Berperan Besar Sukseskan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
BNPB Minta Warga Sumbar Melapor Jika Anggota Keluarga Hilang 3 Hari Terakhir

BNPB Minta Warga Sumbar Melapor Jika Anggota Keluarga Hilang 3 Hari Terakhir

Nasional
Nurul Ghufron Akan Hadiri Sidang Etik di Dewas KPK Besok

Nurul Ghufron Akan Hadiri Sidang Etik di Dewas KPK Besok

Nasional
LHKPN Dinilai Tak Wajar, Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta Dicopot dari Jabatannya

LHKPN Dinilai Tak Wajar, Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta Dicopot dari Jabatannya

Nasional
Alexander Sebut Calon Pimpinan KPK Lebih Bagus Tidak Terafiliasi Pejabat Maupun Pengurus Parpol

Alexander Sebut Calon Pimpinan KPK Lebih Bagus Tidak Terafiliasi Pejabat Maupun Pengurus Parpol

Nasional
Polri Siapkan Skema Buka Tutup Jalan saat World Water Forum di Bali

Polri Siapkan Skema Buka Tutup Jalan saat World Water Forum di Bali

Nasional
KPU: Bakal Calon Gubernur Nonpartai Hanya di Kalbar, DKI Masih Dihitung

KPU: Bakal Calon Gubernur Nonpartai Hanya di Kalbar, DKI Masih Dihitung

Nasional
Korban Meninggal Akibat Banjir Lahar di Sumatera Barat Kembali Bertambah, Kini 44 Orang

Korban Meninggal Akibat Banjir Lahar di Sumatera Barat Kembali Bertambah, Kini 44 Orang

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Rp 30,2 M Karena 'Mark Up' Harga Lahan Tebu PTPN XI

KPK Duga Negara Rugi Rp 30,2 M Karena "Mark Up" Harga Lahan Tebu PTPN XI

Nasional
Kejagung Periksa Pihak Bea Cukai di Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP

Kejagung Periksa Pihak Bea Cukai di Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com