"Snowden sekarang lari ke Rusia. Kalau perlu klarifikasi ke Snowden, itu tidak mudah. Tapi, ada baiknya ini dikaji dulu, saya kira perlu juga karena dia tahu banyak," ujar Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat Sidarto Danusubroto di Kompleks Parlemen, Rabu (6/11/2013).
Sidarto menilai, perlu ada kejelasan informasi terkait penyadapan Amerika dan juga Australia di Indonesia. Pasalnya, kedua negara itu selalu mengklaim sebagai sahabat Indonesia.
"Namun, tindakan menyadap ini tidak layak dilakukan oleh negara sahabat. Mana ada antarteman sadap-menyadap?" ucap Sidarto.
Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanudin. Menurutnya, klarifikasi langsung dari Snowden penting dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat. Bantahan yang disampaikan Duta Besar AS dan Australia, sebut Hasanudin, juga belum menjamin tidak adanya proses penyadapan.
"Bisa jadi mereka menolak dikatakan atas perintah negara, tapi bisa jadi penyadapan ini dituding sebagai inisiatif perseorangan. Itu dikorbankan, dalam politik biasa, sebuah negara mencuri data nantinya kolonelnya dibuang atau dipindahtugaskan," ujar mantan Sekretaris Militer RI itu.
Spionase AS dan Australia
Terkuaknya skandal penyadapan komunikasi oleh badan intelijen Amerika Serikat terus meluas. Bukan hanya negara-negara sekutu di Eropa yang menjadi sasaran, melainkan juga beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia. Australia, salah satu sekutu dekat AS, turut menyadap Indonesia.
Laporan terbaru yang diturunkan laman harian Sydney Morning Herald (www.smh.com.au) pada Kamis (31/10/2013) dini hari waktu setempat, atau Rabu malam WIB, menyebutkan, kantor Kedutaan Besar Australia di Jakarta turut menjadi lokasi penyadapan sinyal elektronik. Surat kabar tersebut mengutip dokumen rahasia Badan Keamanan Nasional AS (NSA) yang dimuat di majalah Jerman, Der Spiegel.
Dokumen itu dilaporkan jelas-jelas menyebut Direktorat Sinyal Pertahanan Australia (DSD) mengoperasikan fasilitas program Stateroom. Itu adalah nama sandi program penyadapan sinyal radio, telekomunikasi, dan lalu lintas internet yang digelar AS dan para mitranya yang tergabung dalam jaringan "Lima Mata", yakni Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.