Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Sibuk, JK Malah Tak Punya Banyak Waktu dengan Cucu

Kompas.com - 03/11/2013, 16:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Komentar politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul bahwa Jusuf Kalla telah kehilangan momentum menjadi presiden dan lebih baik mengurus cucu mendapat tanggapan.

Juru Bicara JK, Husain Abdullah, menyatakan saat ini harapan publik terhadap JK masih sangat besar. Bahkan, JK praktis tidak punya waktu untuk mengurus keluarga, apalagi bisnis. 

Meski demikian, di sela-sela kesibukannya, JK menyempatkan diri tetap berhubungan dengan cucu-cucunya. Misalnya, saat menunaikan ibadah haji beberapa hari yang lalu, JK menyempatkan untuk menyapa cucu-cucunya dengan chatting lewat aplikasi Facetime di iPhone.

Menurut Husain, setiap hari, JK, yang saat ini menjabat Ketua Palang Merah Indonesia dan Ketua Dewan Masjid Indonesia, sibuk menghadiri undangan ceramah maupun kuliah umum serta kegiatan sosial dan kemanusiaan. Hari ini, Minggu (3/11/2013), JK juga sedang memenuhi undangan kuliah umum dari Universitas Darul Ulum, Lamongan, Jawa Timur.

Tidak hanya di dalam negeri, belakangan JK juga diminta ikut memantau penyelenggaraan pemilu di sejumlah negara, antara lain di Kamboja dan Azerbaijan.

"Ini artinya publik masih memiliki harapan kepada JK. Sebab, tidak semua juga tokoh memiliki tingkat kesibukan yang sama dengan JK dan mendapat perhatian publik seperti JK. Artinya, belum ada indikasi JK kehilangan momentumnya," ujar Husain kepada Kompas.com.


Husain pun menyindir Ruhut yang dinilai tidak cermat. Saat bergulir Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, ujar Husain, lima kali orang utusan Partai Demokrat mendatangi JK untuk membujuknya ikut konvensi. 

"Kalau JK sudah kehilangan momentum, lantas apa yang menjadi daya tarik dari seorang JK sehingga membuat Partai Demokrat mengejar-ngejar JK agar ikut konvensi?" lanjut Husain.

Yang terjadi, kata Husain, JK tidak bersedia mengikuti konvensi Demokrat. Jika Ruhut mau mencermati, lanjut Husain, justru Partai Demokrat justru tidak menarik lagi atau ada faktor lain yang membuat JK menolak.

Soal kekalahan JK atas SBY pada pilpres 2009, Husain beralasan memang tidak mudah mengalahkan pemerintahan yang berhasil. Namun, menurut Husain di balik keberhasilan pemerintahan SBY periode 2004-2009, JK adalah penggeraknya.

"JK menjadi motor penggerak untuk banyak kisah sukses pemerintahan era 2004-2009, mulai dari perdamaian Aceh, konvensi minyak tanah ke gas, hingga pembangunan listrik 10.000 MW. Bandingkan pemerintahan SBY tanpa JK, karya monumental apa yang sudah dihasilkan?" ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com