Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat 9 Bakal Capres Berbicara Pemberantasan Korupsi

Kompas.com - 30/10/2013, 22:17 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Tingginya angka tindak pidana korupsi di Indonesia telah menjadi keprihatinan bersama. Kejahatan luar biasa itu telah merata terjadi di semua lini, tidak hanya menjangkiti kalangan eksekutif atau legislatif, tetapi juga pejabat yudikatif.

Sadar akan dampak buruk yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi, Kompas TV, melalui program forum diskusi Indonesia Baru dalam rangkaian program Indonesia Satu, menghadirkan sembilan tokoh yang berdasarkan survei Litbang Kompas merupakan tokoh yang dipilih masyarakat menjadi calon presiden pada 2014.

Diskusi ini disiarkan secara langsung pada pukul 19.00 WIB, dari Studio Orange Kompas TV, Jakarta, Rabu (30/10/2013). Mereka adalah Jusuf Kalla, Wiranto, Mahfud MD, Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Pramono Edhie Wibowo, Gita Wirjawan, Hidayat Nur Wahid, dan Rhoma Irama.

Salah satu tema yang diambil dalam diskusi ini adalah pemberantasan korupsi. Lalu, bagaimana gagasan dan pemikiran para tokoh tersebut pada tindakan korup yang terus menggerogoti bangsa ini?

Menurut mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, untuk memberangus dan menyelesaikan penyakit korupsi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui penyebab dan celah terjadinya korupsi. Baginya, penyebab korupsi adalah sistem yang buruk, penegakan hukum yang lemah, dan minimnya keteladanan dari para pemimpin.

"Kalau tidak tahu sebabnya, bagaimana mau menghentikan? Maka, perlu dibalik, harus ada teladan dari pemimpin, perbaiki sistem, dan hukum harus tegas," kata Kalla.

Sama halnya dengan Kalla, calon presiden dari Partai Hanura, Wiranto, juga menyampaikan maraknya praktik korupsi disebabkan minimnya sosok pemimpin yang dapat diteladani. Akibatnya, publik tidak memiliki contoh pemimpin yang bersih dan tegas.

Hal itu diamini oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Gita beranggapan korupsi terjadi karena kekuasaan terbagi antara pemerintah pusat, DPR, dan pemerintah daerah.

Lain hal dengan Kalla, Wiranto dan Gita, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD justru menganggap korupsi sudah marak terjadi sejak dari hulu, khususnya di sisi birokrasi dan DPR. Menurutnya, hal itu nampak jelas dari kewenangan DPR mengatur dan membahas anggaran sampai kesatuan ketiga.

"Dulu korupsi di hilir, setelah anggaran sudah ditetapkan. Tapi, sekarang (korupsi) sudah sejak penyusunannya, kongkalikong tender, dan lainnya," kata Mahfud.

Menanggapi itu, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid menyatakan bahwa hak anggaran di parlemen sebenarnya bertujuan mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Ia membantah bahwa kewenangan tersebut dimanfaatkan DPR untuk mengatur tender dalam sebuah proyek.

"Ini tergantung bagaimana melihatnya, karena nila setitik, rusak susu sebelanga," kata Hidayat.

Namun begitu, Anies Baswedan menyampaikan bahwa korupsi terjadi karena tiga hal, yakni kebutuhan, sifat serakah, dan sistem yang salah. Menurut Anies, untuk menekan terjadinya praktik korupsi, pemerintah harus mampu membuat regulasi yang membatasi hubungan politik dengan uang.

"Kenapa? Karena belum pernah ada dalam sejarah bangsa ini usaha memerangi korupsi sehebat kali ini," pungkasnya.

Sementara bagi Rhoma, korupsi marak terjadi karena hukum dijadikan ajang bisnis. Hal itu terjadi karena penegakan hukum hanya sebatas formalitas yang sisi keadilannya samar terlihat. "Istilahnya mega-lawyering, pandangan bahwa hukum adalah peluang bisnis. Ini peluang pada pelaku menjadikan hukum sebagai dagangan," tandasnya.

Gagasan sedikit berbeda dilontarkan oleh Dahlan Iskan. Ia mengatakan, korupsi dapat ditekan bila pejabat struktural di Indonesia dikurangi setengah dan dialihkan menjadi pejabat fungsional. "Saya sudah coba kurangi 20 persen dan saya yakin negara tidak akan mati," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 4 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 4 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggapi Pernyataan Maruf Amin, Hasto Kristiyanto: Kita Sudah Tahu Arahnya ke Mana

Tanggapi Pernyataan Maruf Amin, Hasto Kristiyanto: Kita Sudah Tahu Arahnya ke Mana

Nasional
Budi-Kaesang Diisukan Maju Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil: Selalu Ada 'Plot Twist'

Budi-Kaesang Diisukan Maju Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil: Selalu Ada "Plot Twist"

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Periksa Adik Sandra Dewi Jadi Saksi

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Periksa Adik Sandra Dewi Jadi Saksi

Nasional
Di Ende, Megawati Kukuhkan Pengurus 'Jaket Bung Karno'

Di Ende, Megawati Kukuhkan Pengurus "Jaket Bung Karno"

Nasional
Ingin Usung Intan Fauzi di Pilkada Depok, Zulhas: Masa yang Itu Terus...

Ingin Usung Intan Fauzi di Pilkada Depok, Zulhas: Masa yang Itu Terus...

Nasional
Jokowi dan Megawati Peringati Harlah Pancasila di Tempat Berbeda, PDI-P: Komplementer Satu Sama Lain

Jokowi dan Megawati Peringati Harlah Pancasila di Tempat Berbeda, PDI-P: Komplementer Satu Sama Lain

Nasional
Serangan di Rafah Berlanjut, Fahira Idris: Kebiadaban Israel Musnahkan Palestina

Serangan di Rafah Berlanjut, Fahira Idris: Kebiadaban Israel Musnahkan Palestina

Nasional
Resmikan Layanan Elektronik di Pekanbaru, Menteri AHY Harap Pelayanan Sertifikat-el Lebih Cepat dan Aman

Resmikan Layanan Elektronik di Pekanbaru, Menteri AHY Harap Pelayanan Sertifikat-el Lebih Cepat dan Aman

Nasional
Moeldoko: Tapera Tak Akan Ditunda, Wong Belum Dijalankan

Moeldoko: Tapera Tak Akan Ditunda, Wong Belum Dijalankan

Nasional
Megawati Kenang Drama 'Dokter Setan' yang Diciptakan Bung Karno Saat Diasingkan di Ende

Megawati Kenang Drama "Dokter Setan" yang Diciptakan Bung Karno Saat Diasingkan di Ende

Nasional
Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

BrandzView
Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Nasional
Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Nasional
Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com