Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hamdan: Punya Tiga Mobil Mewah, Mungkin Akil Dapat Warisan

Kompas.com - 09/10/2013, 14:02 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva menilai tidak wajar jika seorang hakim konstitusi memiliki tiga buah mobil mewah, apalagi jika mobil tersebut dibeli dalam jangka waktu yang tidak terlalu jauh. Pernyataan Hamdan ini menanggapi penyitaan tiga mobil mewah milik Ketua MK nonaktif Akil Mochtar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 

"Ya mungkin saja Pak Akil dapat warisan, atau punya bisnis, jadi bisa beli mobil-mobil itu," kata Hamdan, di Gedung MK, Jakarta, Rabu (9/10/2013).

Hamdan sendiri tidak tahu bahwa Akil memiliki sejumlah mobil mewah. Sebab, menurutnya, selama bertugas, Akil selalu menggunakan mobil dinasnya.

Seperti diberitakan, KPK menyita tiga mobil mewah yang diduga milik Ketua Mahkamah Konstitusi nonaktif Akil Mochtar terkait penyidikan kasus dugaan penerimaan suap sengketa pemilihan kepala daerah yang menjerat Akil. Ketiga mobil itu adalah Mercedes Benz S 350, Audi Q5, dan Toyota Crown Athlete. Ketiga mobil ini disita dalam penggeledahan di kediaman Akil di Kawasan Liga Mas, Pancoran, Jakarta.

"Penyidik melakukan penyitaan tiga mobil Mercy S 350, Audi Q5, dan Toyota Crown Athlete," kata Juru Bicara KPK Johan Budi di Jakarta, Selasa (8/10/2013).

Salah satu mobil mewah tersebut diatasnamakan sopir pribadinya, Daryono. Daryono sempat dipanggil oleh KPK dan Majelis Kehormatan untuk dimintai keterangannya. Namun, ia selalu mangkir dari panggilan tersebut. Hingga selasa (8/10/2013), Ketua Majelis Kehormatan Haryono mengatakan, Daryono tidak diketahui keberadaannya. Padahal ,menurut anggota Majelis Kehormatan, Abbas Said, Daryono merupakan saksi kunci yang sangat penting untuk didengar keterangannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com