Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Menguji Kesaktian Djoko Susilo

Kompas.com - 29/08/2013, 10:21 WIB
Amir Sodikin

Penulis


KOMPAS.com -  Hari-hari ini adalah masa penantian bagi terdakwa Inspektur Jenderal Djoko Susilo. Majelis hakim segera berunding untuk menimbang berapa hukuman yang layak bagi terdakwa perkara dugaan korupsi pengadaan simulator berkendara di Korps Lalu Lintas Polri dan perkara tindak pidana pencucian uang ini.

Dalam persidangan, terungkap bagaimana besar dan perkasa serta kayanya Djoko. Lobi- lobinya juga kuat. Wibawanya tak terbantahkan lagi juga masih tertanam di benak anggota Polri. Djoko di lingkungan orang-orang biasa ternyata juga dikenal menyukai keris dan bahkan suka mencari kesaktian.

Indra Jaya Febru Hariadi, ahli keris yang menekuni jual beli keris, ketika dihadirkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, mengatakan, Djoko adalah pencinta keris. Ratusan keris pusaka dikoleksi Djoko dan Febru menjadi orang kepercayaan Djoko untuk merawat keris Djoko.

Bagi Djoko, keris bukan sekadar koleksi. Selain bisa menambah pamor wibawa, keris di tangan Djoko juga memberi kesaktian ekstra. ”Kalau pegang keris, rambutnya enggak bisa dipotong. Terus kerisnya jadi warna merah delima,” kata Indra.

Saksi lain yang pernah didatangkan ke Pengadilan Tipikor, Hirawan, mengatakan, Djoko juga digambarkan sebagai sosok yang suka mencari tempat-tempat keramat dan gemar mencari rumah antik. ”Pak Djoko senang mengoleksi keris pusaka atau wesi aji. Pak Djoko juga sering ke tempat keramat. Sering cari kesaktian. Tetapi saya enggak suka,” kata Hirawan.

Jika benar, kesaksian Indra dan Hirawan boleh saja dianggap sebagai hal yang serius, tetapi bisa saja dianggap semata sebagai pembelaan untuk meringankan Djoko. Selain ”sakti”, tak bisa dimungkiri Djoko adalah sosok jenderal bintang dua yang penuh prestasi.

KOMPAS/ALIF ICHWAN Terdakwa kasus korupsi simulator SIM Irjen Pol Djoko Susilo

Dalam pleidoi yang dibacakan Selasa lalu, ia juga membeberkan prestasi dan penghargaan yang diterimanya. Dari deretan prestasinya, jika tak ada aib dan tak ada korupsi, sosok seperti Djoko layak masuk bursa jabatan Kapolri.

Ia juga pandai dalam membangun lobi-lobi dengan berbagai pihak, terutama terkait pendanaan, serta tak bisa dimungkiri dia memiliki kemauan tinggi untuk membentuk Polri yang modern dan memiliki teknologi terkini. Karya monumentalnya salah satunya adalah National Traffic Management Center Korlantas Polri.

Di lingkungan Polri, Djoko memang sosok yang diakui jago dalam mendatangkan dana tambahan untuk uang ”komando” atau operasional Polri. Maklum saja, seperti diakui Komisaris Legimo, orang kepercayaan Djoko, Polri memiliki banyak kegiatan menjaga keamanan negara ini tetapi di APBN hanya mendapat porsi anggaran kecil.

Legimo adalah salah satu orang yang pernah bersaksi untuk Djoko. Ia mengaku pernah diminta Djoko ke perusahaan percetakan rekanan Korlantas Polri, yaitu PT Pura di Kudus. Pulang dari Kudus, Legimo sudah membawa satu dus penuh berisi uang yang bernilai miliaran rupiah untuk menambah pundi-pundi kas Djoko.

Belakangan, kesaksian Legimo dibantah Djoko. Djoko mengaku tak pernah memerintahkan Legimo untuk mengambil uang di Kudus. Pengambilan uang itu inisiatif Legimo.

Legimo juga menjadi orang kepercayaan Djoko untuk menjalin hubungan dengan Primkoppol Korlantas Polri. Karena itu, uang pinjaman miliaran rupiah ke Primkoppol yang digunakan untuk uang komando diambil dengan nama Legimo. Apes bagi Legimo karena Djoko tak mau bertanggung jawab atas utang-utang itu karena Djoko mengelak tak pernah memberi perintah peminjaman uang. Ruwet betul kisah Djoko dan Legimo ini.

Beberapa anak buah Djoko memberontak di persidangan dengan tegas dan suara keras berani melawan Djoko. Dua nama yang tampak keras melawan Djoko dalam kesaksiannya adalah Ketua Panitia Lelang Ajun Komisaris Besar Teddy Rusmawan dan Bendahara Satuan Kerja Korlantas Komisaris Legimo.

Legimo pantas memberontak. Ia merasa dikorbankan dalam kasus utang piutang dengan Primkoppol. Ia juga pernah ditampar ketika Djoko marah-marah terkait pengamanan miliaran rupiah uang di kantor. Tak hanya itu, yang kini menjadi kartu truf adalah pemalsuan tanda tangan yang dituduhkan Djoko kepada Legimo.

Djoko bisa saja punya celah dalam kasus korupsi, tetapi untuk kasus tindak pidana pencucian uang sulit bagi Djoko untuk berkelit. KPK juga telah membuktikan banyaknya harta yang dimiliki Djoko tak bisa dijelaskan secara logis.

Nah, mampukah pengadilan melumpuhkan kesaktian Djoko?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com