Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Tolak Disebut Takut Tahan Anas

Kompas.com - 22/08/2013, 06:58 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi menolak disebut takut menahan Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Partai Demokrat. Anas adalah tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah terkait proyek Hambalang dan proyek lain yang belum disebutkan KPK.

"Tidak ada rasa takut sedikit pun menahan tersangka. Ini murni untuk kepentingan penyidikan," tepis Juru Bicara KPK Johan Budi, Rabu (21/8/2013). Dia menegaskan, ditahan atau tidaknya seorang tersangka bergantung pada kelengkapan alat bukti dan berkas perkaranya.

Sejauh ini, menurut Johan, KPK masih mengumpulkan keterangan terkait perkara Anas. Dia pun menambahkan sangkaan yang dikenakan pada Anas tak hanya terkait proyek Hambalang, tetapi juga proyek lain yang masih dalam penelusuran.

"Terkait dengan pengumpulan keterangan untuk melengkapi berkas AU (Anas Urbaningrum), bisa jadi masih dilakukan penyidik sehingga belum tersangka yang dipanggil," tambah Johan. Penahanan tersangka, kata dia, juga dilakukan setelah yang bersangkutan diperiksa.

Sejauh ini, ujar Johan, KPK belum menjadwalkan ulang pemeriksaan Anas sebagai tersangka. Dalam jadwal pemeriksaan sebelumnya pada 31 Juli 2103, Anas tidak datang. Dia pun memastikan seorang tersangka pasti ditahan sebelum berkas perkaranya masuk ke tahap penuntutan. "(Belum ditahannya Anas) bisa juga berkaitan dengan pengembangan penyidikan," kata dia.

KPK menetapkan Anas sebagai tersangka dalam perkara ini berdasarkan surat perintah penyidikan tertanggal 22 Februari 2013. Saat menjadi anggota DPR, Anas diduga menerima pemberian hadiah, antara lain berupa Toyota Harrier dan Vellfire. KPK juga mendalami keterkaitan kasus ini dengan aliran dana untuk pemenangan Anas dalam Kongres Partai Demokrat 2010.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com