JAKARTA, KOMPAS.com — Para anggota DPR dinilai berada pada posisi dilematis menjelang Pemilu 2014. Pada satu sisi mereka ingin membela kepentingan rakyat, di sisi lain ada keputusan partai yang bisa jadi berbenturan dengan keinginan rakyat.
"Kita harus memahami dilema yang dihadapi kawan-kawan kita di Senayan. Sebetulnya, banyak anggota DPR yang mencoba memihak kepada rakyat," kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Indria Samego, pada diskusi Dilema Wakil Rakyat: Antara Kepentingan Rakyat dan Kepentingan Partai Politik, di salah satu kafe di bilangan Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (26/6/2013).
Menurut Indria, banyak politisi dari sejumlah partai politik yang benar-benar ingin bekerja untuk kepentingan rakyat. Namun, karena adanya ancaman dari partai politik, tak jarang jika para politisi tersebut hanya dapat duduk terdiam dan seolah tidak membela kepentingan rakyat.
Indria menjelaskan, dilema politik yang dihadapi oleh para wakil rakyat itu bermula dari kekhawatiran akan diganti atau dicoret dari daftar calon sementara (DCS) untuk Pemilu 2014. Alasan yang mereka khawatirkan adalah pencoretan dilakukan karena dianggap sudah tak sejalan dengan visi dan misi partai. "Akhirnya mereka (memilih untuk) tutup mulut," ujarnya.
Dengan asumsi itu, Indria berpendapat bahwa seharusnya partai politik dapat memperbaiki sistem manajemen serta visi dan misinya. Partai politik yang menjadi kendaraan wakil rakyat untuk duduk di kursi dewan harus mementingkan kepentingan masyarakat dan bukan kepentingan golongan saja.
Jika kondisi seperti saat ini terus terjadi, kata Indria, maka penerapan demokrasi yang sejatinya diwujudkan oleh partai tidak akan berjalan dengan baik. "(Sebaliknya) kalau proses demokrasi benar, maka wakil rakyat akan semakin dekat dan accountable dalam tindakan dengan pemilihnya," ungkapnya.
Indria menambahkan, perbaikan manajemen partai secara tidak langsung juga akan memberikan dampak positif pada pemilu mendatang. Dampak positif itu menurut dia adalah meningkatnya jumlah pemilih partai politik yang berbenah, terutama dari kalangan pemilih pemula.
"Pemilih pemula akan memilih atau tidak tergantung dari partai itu sendiri. Jangan sampai mereka sakit hati terhadap partai, yang pada akhirnya membuat partisipasi mereka dalam pemilu merosot (di kemudian hari)," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.