Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Resep SBY Menangi Pilpres

Kompas.com - 19/06/2013, 22:27 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi "kuliah" kepada para tokoh nasional yang akan maju dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014. Kepada bakal calon presiden, SBY berbagi tips bagaimana menghadapi pertarungan Pilpres.

Hal itu disampaikan Presiden saat berbicara di perayaan ulang tahun harian Rakyat Merdeka di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (19/6/2013) malam.

Tanpa menyebut nama, Presiden mengatakan, ada sekitar 20 tokoh yang berpotensi maju dalam Pilpres. Pengamatan Kompas.com, bakal capres yang hadir di antaranya Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, dan Gita Wirjawan.

Awalnya, Presiden mengaku kurang berani menyampaikan sesuatu kepada para bakal capres. Presiden mengaku khawatir nantinya dibilang sok tahu atau menggurui. Namun, pihak Rakyat Merdeka meminta Presiden berbicara dengan tema "Dari Presiden kepada Para Calon Presiden untuk Rakyat".

Kepala Negara pun kemudian memberi "kuliah". Presiden mengatakan, setiap orang berhak untuk menjadi capres. Setiap capres mempunyai peluang untuk menang. Hanya saja, ada yang berpeluang besar, ada yang kecil. Bagi yang kecil peluangnya, kata Presiden, bisa dibuat menjadi besar tergantung pada ikhtiar masing-masing.

Presiden lalu memberi saran agar bakal capres memahami dua hal dulu sebelum memutuskan maju. Pertama, memahami keadaan Indonesia. Paling tidak memahami perjalanan Indonesia sejak 1998 sampai sekarang. Kedua, paham betul apa yang akan dialami Presiden, baik tugas, suka, maupun duka.

Jika memahami kedua hal itu, Presiden menyarankan bakal capres mengalkulasikan kesiapan, peluang, dan jalan yang akan dilewati jika memutuskan maju.

"Jika semua oke, putuskan untuk maju. Jangan ragu-ragu. Mulailah persiapannya sekarang ini sebab persiapan yang baik itu, orang mengatakan, 50 persen dari kemenangan. Tahap satu sesederhana itu," kata Presiden.

Tahap kedua, lanjut Presiden, bagaimana para kandidat berjuang untuk memenangi Pilpres. Kampanye harus jitu dan efektif, lalu berjuang sekuat tenaga. Menurut Presiden, tidak ada resep yang ajaib untuk memenangi Pilpres.

Presiden menganggap Pilpres seperti peperangan militer atau peperangan di dunia bisnis. Perpaduan seni dan ilmu. Presiden lalu menyinggung puluhan buku bagaimana memenangi Pilpres. Namun, jika buku tersebut dibaca, kata Presiden, ada yang bisa diterapkan lantaran cocok dengan karakter rakyat Indonesia, ada pula yang tidak.

"Peperangan politik itu juga punya misteri, ada kabutnya, banyak ketidakpastian. Tentu semua punya strategi, taktik, manajemen, kepemimpinan sendiri, dan tentu persiapan logistik. Logistik tidak akan memenangkan perang, tapi perang tidak mungkin dimenangkan tanpa logistik. Tentu logistik yang halal. Sesederhana itu. Segalanya terpulang pada kerja keras rekan-rekan untuk berjuang. Good luck," kata Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

    Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

    Nasional
    Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

    Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

    Nasional
    Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

    Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

    Nasional
    Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

    Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

    Nasional
    Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

    Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

    Nasional
    Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

    Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

    Nasional
    Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

    Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

    Nasional
    KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

    KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

    Nasional
    Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

    Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

    Nasional
    'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

    "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

    Nasional
    Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

    Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

    Nasional
    Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

    Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

    Nasional
    Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

    Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

    Nasional
    Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

    Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

    Nasional
    Adam Deni Dituntut 1 Tahun Penjara dalam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Ahmad Sahroni

    Adam Deni Dituntut 1 Tahun Penjara dalam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Ahmad Sahroni

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com