Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Publikasi Daftar Pembolos, Anggota DPR Tak Perlu Reaktif

Kompas.com - 18/05/2013, 11:26 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Fraksi maupun anggota Dewan Perwakilan Rakyat tidak perlu reaktif terhadap langkah Badan Kehormatan DPR yang membuka data absensi anggota dewan dalam rapat paripurna. Fraksi dan anggota dewan seharusnya menjadikan data tersebut sebagai bahan evaluasi.

"Kita tidak perlu reaktif terkait banyaknya anggota dewan yang bolos. Itu harus jadi bahan evaluasi fraksi dan partai untuk tingkatkan kinerja anggota dewan," kata Sekretaris Fraksi Partai Demokrat Saan Mustopa saat diskusi di Sindo Radio di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (18/5/2013).

Saan mengaku bahwa Fraksi Demokrat selalu memberi teguran kepada anggotanya yang presensinya di bawah 50 persen. Jika setelah ditegur anggota tersebut tidak berubah, kata dia, Fraksi kemudian menyampaikan kepada DPP Demokrat untuk diambil tindakan.

Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Arif Budimanta menghargai langkah BK tersebut. Menurut dia, langkah BK itu sudah benar untuk meningkatkan tingkat kehadiran. Hanya, tidak semua anggota dewan yang masuk "daftar hitam" itu membolos, tetapi karena izin.

Arif tercatat tingkat kehadirannya hanya 40 persen di rapat paripurna pada masa sidang IV tahun sidang 2011-2014 dan 25 persen pada masa sidang II tahun sidang 2012-2013 . Menurut Arif, ia tidak bisa hadir di rapat paripurna lantaran ditugaskan Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) ke luar negeri.

"Kami juga termasuk yang izinnya banyak, tapi kemudian dikategorikan bolos," kata Arif.

Anggota BK Anshory Siregar mengatakan, pihaknya membuka data absensi setelah didesak oleh para aktivis. Pihaknya mendukung pembukaan data tersebut lantaran sudah kebingungan bagaimana meningkatkan kedisiplinan anggota dewan, khususnya ketika rapat paripurna.

"Kita buat sistem presensi finger print, ternyata dampaknya enggak signifikan. Kita minta data dari fraksi, ternyata pimpinan fraksi yang paling banyak tidak hadir. Kalau rapat paripurna, bolong-bolong kursi yang diberi khusus untuk mereka (pimpinan fraksi)," kata Anshory.

Hanya, Anshory tidak sepakat dengan pemberitaan yang menyebut mereka membolos.

"Itu bukan bolos, tapi tidak hadir," pungkas politisi Partai Keadilan Sejahtera itu.

Ikuti berita terkait dalam topik:
Wakil Rakyat Kok Membolos!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

    Nasional
    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Nasional
    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com