Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peran "Aktor-aktor" Hambalang Versi Nazaruddin

Kompas.com - 08/11/2012, 08:49 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, kembali membeberkan peran angggota Dewan Perwakilan Rakyat maupun pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam proyek Hambalang. Nazaruddin kembali menyebut nama-nama mantan rekan separtainya, yakni Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, Mahyudin, serta Mirwan Amir.

Menurut Nazaruddin, kasus ini berawal saat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyurati Kemenpora pada 2008. Dalam surat tersebut, BPK memperingatkan Kemenpora bahwa proyek Hambalang tidak bisa dijalankan jika masalah sertifikat lahan belum selesai.

"Di situlah peran Anas, memanggil Ignatius Mulyono dan memerintahkan dia memanggil Pak Joyo Winoto," kata Nazaruddin seusai diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai saksi kasus Hambalang, Rabu (7/11/2012) malam. Dia melanjutkan, Anas kemudian bertemu dengan Joyo Winoto yang menjadi Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) saat itu.

"Setelah Anas ketemu Joyo, satu minggu setelah itu, sertifikat selesai. Itu peran Anas," ungkap Nazaruddin.

Setelah sertifikat selesai diurus, lanjutnya, Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga saat itu, Wafid Muharam, melapor kepada Anas. Ketika itu, menurut Nazaruddin, sedang ada masalah di internal Kemenpora. Pada awal masa kepemimpinan Andi, semua eselon satu sedang dievaluasi sehingga tidak ada yang berani menjalankan proyek Hambalang dan program Menpora lainnya. Untuk itulah, katanya, Wafid menemui Anas dan meminta agar Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu bicara kepada Andi sehingga Wafid mendapat instruksi langsung dari Menpora untuk berkomunikasi intens dengan Komisi X DPR terkait program-program kementerian.

"Mas Anas lalu memanggil Mahyudin, Nazar, Angelina Sondakh, Mirwan Amir, diperintahkan ketemu Andi Mallarangeng," tambahnya.

Pertemuan itu berlangsung pada Januari 2010 di Kantor Menpora di Gedung Kemenpora, Senayan, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, menurut Nazaruddin, Mahyudin yang ketika itu menjadi Ketua Komisi X mengatakan kepada Andi agar Kemenpora berkomunikasi intens dengan Komisi X supaya program-program bisa berjalan dengan baik. Sebagai perwakilan Kemenpora diusulkan Wafid Muharam.

"Angie bilang, Pak Menpora, kalau eselon satu tidak ada instruksi langsung dari Bapak juga tidak akan jalan. Langsung Pak Menpora dari meja makannya menelepon supaya Wafid ke ruangannya. Begitu Pak Wafid naik ke lantai 10, dia dikenalin sama kami," ucap Nazaruddin.

Setelah Wafid bergabung dalam pertemuan itu, lanjutnya, Andi menginstruksikan bawahannya itu untuk berkomunikasi intens dengan Komisi X, khususnya dengan Mahyudin, Angelina, dan Mirwan.

"Kalau mereka ngeluh lagi, dan tidak ada komunikasi intens, maka Bapak termasuk salah satu eselon satu yang saya evaluasi," kata Nazaruddin, menirukan perkataan Andi kepada Wafid saat itu.

"Andi menekan Wafid supaya proyek jalan. Yang harus dijalankan Wafid, proyek nasional Hambalang, persiapan SEA Games, persiapan PON, dan persiapan lapangan bermain olahraga di tingkat kabupaten," tambahnya.

Nazaruddin pun menyebut aliran uang yang diterima anggota DPR dan pihak Kemenpora terkait proyek Hambalang tersebut. "Uang Rp 100 miliar itu kesepakatan Anas sama PT Adhi Karya. Rp 50 miliar buat Anas, Rp 10 miliar buat Mirwan dan Olly. Rp 10 miliar buat Mahyudin, Rp 5 miliar buat Mukhayat, dan Rp 5 miliar buat Wafid, Rp 20 miliar untuk Menpora," ungkapnya.

Ihwal pertemuan di Kantor Menpora ini diakui Angelina, Mahyudin, dan Andi saat bersaksi dalam persidangan kasus suap wisma atlet. Menurut Angelina dan Andi, pertemuan itu hanya sebatas silaturahim setelah Andi terpilih sebagai Menpora. Dalam pertemuan itu dibahas mengenai program-program Kemenpora seperti SEA Games. Sementara Mahyudin mengungkapkan kalau pertemuan itu sempat menyinggung soal sertifikat lahan Hambalang. Menurut Mahyudin, Nazaruddin menyampaikan kepada Andi kalau sertifikat lahan Hambalang telah selesai diurus. Andi pun merespons dengan mengucapkan "terima kasih".

Baca juga:
Ke KPK, Nazaruddin Bawa Bukti Keterlibatan Anas dan Andi
Nazaruddin Tuding Mahyuddin Dapat Rp 10 Miliar dari Hambalang
Nazaruddin: BPK Tutupi Peran Anas dan Andi

Bagaimana Mungkin Menpora Tak Tahu Penyimpangan Hambalang?

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Skandal Proyek Hambalang
Audit Investigasi Hambalang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Nasional
    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com