Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes: Belum Perlu Pengawasan di Bandara untuk Cotrona

Kompas.com - 27/09/2012, 18:41 WIB
Agus Mulyadi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, belum diperlukan pengawasan di bandara dan pelabuhan serta tempat penumpang lainnya, untuk antisipasi menularnya virus corona baru yang menimbulkan penyakit dengan gejala mirip SARS.

"Untuk sementara menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) belum butuh. Kelihatannya belum," kata Menkes menjawab pertanyaan wartawan di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis (27/9/2012) ini.

Salah satu gejala penyakit "Severe acute respiratory syndrome" (SARS) yang mewabah pada 2002-2003 adalah panas tinggi di atas 38 derajat Celcius, sehingga waktu itu dilakukan pengawasan kepada para penumpang yang memiliki panas tubuh tinggi sebagai langkah antisipasi.

Namun untuk virus corona yang baru dilaporkan WHO pada Minggu (23/9/2012) lalu, Menkes mengaku belum ada imbauan untuk pengawasan ketat, termasuk pemeriksaan suhu tubuh karena virus baru tersebut tidak menunjukkan gejala terjadinya wabah.

Satu orang tewas akibat virus corona baru, yang untuk sementara diberi nama "London1—novel CoV 2012". Satu orang lainnya sedang dirawat di rumah sakit di Inggris. Namun WHO menyatakan belum ada penambahan korban baru yang dilaporkan dari berbagai negara.

Meskipun asal virus corona baru tersebut belum diketahui secara pasti, kedua korban melakukan kunjungan ke negara Arab Saudi sebelum terjangkit virus tersebut, sehingga diduga Arab Saudi menjadi asal virus.

Hal itu menjadi kekhawatiran tersendiri, karena saat ini masa ibadah haji. Jutaan calon haji sedang berkumpul di Arab Saudi, termasuk dari Indonesia.

Menkes mengatakan, tim kesehatan haji belum diminta untuk melakukan tindakan khusus terkait dengan penemuan virus baru tersebut. Langkah-langkah persiapan telah mulai dilakukan.

Selain itu, Menkes telah meminta untuk dilakukan observasi khusus kepada jemaah yang menderita demam tinggi, terutama yang memiliki temperatur diatas 38 derajat Celcius, dan dilakukan rujukan ke rumah sakit setempat jika diperlukan.

"Sementara untuk pencegahannya, karena ini virus, maka sebenarnya pencegahannya adalah dengan menjaga daya tahan tubuh yang kuat," kata Menkes.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra, Yoga Aditama, mengatakan belum ada laporan jemaah haji dari Indonesia maupun negara lain yang terkena infeksi virus corona baru itu.

Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan, menurut Tjandra, telah meningkatkan surveilans kewaspadaan jamaah haji yang datang di bandara, termasuk jamaah sakit yang berkunjung ke poli kesehatan Indonesia di Bandara Arab Saudi atau Poli Octagon.

"Kami juga berkoordinasi dengan tim penerangan Kementerian Agama, dengan pemberian pesan-pesan kesehatan terkait kasus ini, maupun tips kesehatan selama musim haji," kata Tjandra.

Tenaga kesehatan haji juga telah diminta untuk selalu mengamati perkembangan kasus virus corona tersebut melalui internet, media lokal setempat, dan mengikuti arahan dari Kementerian Kesehatan di Jakarta. Dokter kloter juga telah diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kesehatan anggota kloternya, terutama untuk gejala sakit yang mirip dengan kasus virus corona.


Sumber: Antara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com