Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiai Faqih dan Restu Langitan

Kompas.com - 07/03/2012, 09:19 WIB

KOMPAS.com — Pekan lalu, ulama karismatik, Kiai Haji Abdullah Faqih, pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Tuban, berpulang. Kiai khos (utama) di kalangan nahdliyin (Nahdlatul Ulama) ini meninggalkan warisan berupa pondok pesantren, tempat mendidik dan menggembleng manusia-manusia Indonesia.

Bukan hanya itu, Kiai Faqih juga meninggalkan jejak di panggung politik, yaitu tempat rujukan para politikus. Nama Langitan menjadi nama yang cukup sakral di pentas politik pada akhir dekade 1990-an, yang kemudian dikenal sebagai Poros Langitan.

KH Faqih dikenal luas saat Pemilihan Presiden 1999. Saat itu, ada perbedaan pendapat terkait pencalonan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden yang dipelopori Poros Tengah. Sejumlah kiai sepuh NU mengadakan pertemuan di Langitan, yang inilah muasal munculnya Poros Langitan.

Dua hari menjelang Pilpres 1999, KH Hasyim Muzadi menemui Gus Dur untuk menyampaikan pesan Kiai Faqih. Isinya, jika Gus Dur maju dalam pilpres, ulama akan mendoakan. Tetapi, Gus Dur harus menjaga keutuhan di Partai Kebangkitan Bangsa yang mulai retak serta menjaga hubungan baik nahdliyin dan pendukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Menurut Gus Dur, Kiai Faqih termasuk seorang wali. Kewaliannya bukan lewat tarekat atau tasawuf, melainkan karena kedalaman ilmu fikihnya. Gus Dur sangat hormat dan patuh kepada Kiai Faqih.

Pada 31 Maret 2007, di Pondok Pesantren Langitan digelar deklarasi Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU). Ada 17 kiai yang merumuskan berdirinya PKNU, termasuk Kiai Faqih.

Kiai Faqih dikenal memiliki wawasan ilmu agama yang begitu luas, memiliki laku atau daya spiritual tinggi, mampu mengeluarkan kalimat hikmah atau anjuran moral yang dipatuhi, dan jauh dari keinginan duniawi. Ia tokoh sederhana, istiqomah, dan alim yang bukan sekadar pandai mengajar melainkan menjadi teladan.

Dengan pandangan dan sikap demikian, Kiai Faqih dan Pesantren Langitan makin berkibar. Kiprah Kiai Faqih turut mewarnai dinamika politik, baik di tingkat lokal maupun nasional. Banyak calon kepala daerah meminta restu sang kiai. Banyak pejabat politik atau politikus yang selalu meminta dukungan, baik terkait partai politik maupun pemilihan kepala daerah. Ibaratnya, Langitan menjadi rujukan di panggung politik.

Hingga saat ini, lebih dari satu abad Pesantren Langitan, Tuban, turut berkiprah memberdayakan sumber daya manusia. Pondok pesantren yang terletak di Widang, Tuban, Jawa Timur, ini berdiri sebelum Indonesia merdeka, yaitu pada tahun 1852.

Pesantren berada di pinggir Bengawan Solo, di areal tanah seluas 7 hektar. Lokasi awal telah menjadi aliran Bengawan Solo. Tahun 1904, saat diasuh KH Muhammad Khozin, pesantren dipindahkan ke sebelah utara, setelah diterjang banjir. Saat banjir pada Desember 2007 hingga Januari 2008, aktivitas pesantren terhenti. Untuk mengantisipasi banjir, dibuatlah tanggul darurat mengelilingi pondok pesantren.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Nasional
    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Nasional
    Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

    Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

    Nasional
    Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

    Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com