Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Minta "Ruyati" Dipulangkan

Kompas.com - 20/06/2011, 11:46 WIB

BEKASI, KOMPAS.com — Pemerintah didesak untuk mendatangkan jenazah Ruyati binti Satubi, tenaga kerja asal Kabupaten Bekasi, yang telah dihukum pancung di Arab Saudi. Demikian diutarakan oleh kedua anak Ruyati, Evi Kurniati (32) dan Irwan Setiawan (27), di rumah duka di Kampung Ceger, RT 03 RW 2 No 28, Desa Sukadarma, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi, Senin (20/6/2011).

"Kami yakin ibu bisa dimakamkan di sini (Indonesia)," kata Irwan.

Ia mengatakan, Pemerintah Indonesia harus bisa memulangkan jenazah Ruyati sebab selama ini dinilai lamban dalam mendampingi Ruyati selama persidangan.

"Kabar ibu telah dieksekusi mati pertama kali kami ketahui bukan dari pemerintah," kata Irwan.

Evi menuturkan, keluarga sangat terkejut mendengar kabar ibunda tercinta telah dieksekusi di Arab Saudi. Seharusnya, keluarga mendapatkan pemberitahuan dari pemerintah setempat kapan pelaksanaan hukuman mati itu.

"Kami menyesalkan hukuman mati ini dan ini dikarenakan keterlambatan Pemerintah Indonesia menangani kasus ibu," kata Evi penuh kekecewaan.

Adapun kasus pidana yang dihadapi Ruyati bergulir sejak Januari 2010. Sejak saat itu, keluarga telah berulang kali mendatangi kantor Kementerian Luar Negeri, BNP2TKI, bahkan Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta untuk menanyakan upaya pemerintah dalam membantu kasus yang dialami Ruyati. Namun, jawaban pemerintah tidak membantu.

"Kami pernah dijanjikan dibuatkan surat jalan bagi keluarga yang akan menengok ibu, tetapi biaya ke sana harus ditanggung sendiri," kata Irwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com