Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awalnya Tidak Tercium Publik

Kompas.com - 02/06/2011, 18:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Laporan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD atas dugaan pemalsuan dokumen yang dilakukan politisi Partai Demokrat, Andi Nurpati, awalnya tidak tercium publik.

Namun, saat kasus dugaan suap politisi Demokrat lainnya, M Nazaruddin, terkuak, kasus ini pun turut terbongkar.

Mahfud MD, selaku pelapor, mengaku awalnya ia tidak berniat menguak kasus itu. Namun, tak sengaja kasus ini terbongkar. Ia pun meminta polisi untuk menjalankan tugasnya untuk menyelidiki kasus yang dilaporkan sejak Februari 2010 itu.

"Awalnya, saya merahasiakan itu sesudah saya lapor. Saya enggak mau karakter orang terbunuh dengan berita yang saya buat," ujar Mahfud, Kamis (3/6/2011), di Kantor Muhammadiyah, Jakarta.

Mahfud menuturkan, saat diundang sebagai narasumber salah satu stasiun televisi, ia ditanya soal alasan mengadukan urusan Nazaruddin kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan bukannya kepada polisi.

"Saya jawab begini, 'kasus Nazaruddin adalah dampak masalah hukum karena dia memberi uang, tetapi tidak tahu tujuannya. Saya bisa dipolisikan balik karena dianggap fitnah, maka saya laporkan ke SBY. Dan, kasus hukum saya laporkan ke polisi, tetapi belum ditanggapi'".

Akan tetapi, saat itu, lanjut Mahfud, dirinya justru diserang balik seakan-akan telah membuat laporan yang mengada-ada karena polisi membantah pernah menerima laporan dari Mahkamah Konstitusi (MK). "Di situlah saya buka suara. Saya kasih tahu salinan laporan ini. Memang sebenarnya "kecelakaan" kasus Andi Nurpati ini keluar. Padahal maksud saya diam-diam saja biar ditangani polisi," ungkapnya.

Lebih lanjut, Mahfud meminta polisi untuk mengusutnya lebih jauh karena laporan sudah dilakukan sejak  2010, tetapi belum juga ada tindak lanjutnya.

"Kewajiban saya sudah selesai untuk melaporkan pelanggaran hukum. Sekarang giliran polisi wajib selidiki. Hasilnya bagaimana itu terserah saja," tutur Mahfud.

Mahfud MD melaporkan mantan anggota Komisi Pemilihan Umum  Andi Nurpati ke Mabes Polri pada 12 Februari 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Nasional
    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Nasional
    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Nasional
    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Nasional
    'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    "Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    Nasional
    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com