Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM Pantau Kematian Nur Iman

Kompas.com - 15/05/2011, 18:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Ifdhal Kasim menyatakan akan memantau penyelidikan atas kematian pedagang angkringan, Nur Iman, yang diduga menjadi korban salah tembak saat baku tembak antara Tim Densus 88 Antiteror Polri dan terduga teroris, Sigit Qurdowi dan Hendro.

Peristiwa itu terjadi di Jalan Pelajar Pejuang, Cemani, Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 14 Mei 2011 pukul 01.15 WIB. "Kami tidak sampai membentuk tim khusus, tetapi kami memantau jika ada seseorang yang sampai tewas seperti kejadian itu, apakah fakta-faktanya sudah benar apa belum. Apakah melanggar HAM. Kami akan mengumpulkan informasi tidak hanya dari kepolisian, tetapi juga dari sumber-sumber lain, yang bisa saja dari tempat kejadian," ujar Ifdhal Kasim saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/5/2011).

Menurut Ifdhal, jika hasil pemantauan dan penyelidikan Komnas HAM telah berhasil menemukan fakta-fakta baru kemungkinan terjadi pelanggaran, data tersebut akan disampaikan langsung kepada Kapolri Jenderal Timur Pradopo.

"Kami sudah mulai melakukan pantauan terhadap kematian Nur Iman. Kalau benar ada pelanggaran dan tidak sesuai dengan prosedur, akan kami tindaklanjuti," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam menuturkan, Polri menyambut baik keputusan Komnas HAM untuk menyelidiki kasus kematian Nur Iman tersebut. "Tentu kami akan bantu. Kami ingin yang benar terungkap. Kami akan bantu. Polri akan ikut sama-sama untuk memberikan keterangan. Tentunya Propam dan Irwasum akan turun dari internal, kami akan kerja sama," kata Anton Bachrul Alam di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Minggu.

Menurut Anton, jenazah Nur Iman sendiri dikembalikan kepada keluarganya di Semarang dan dimakamkan pada Sabtu, 14 Mei 2011, pukul 19.00. Ia terkena tembakan Sigit Qurdowi. Saat itu Nur Iman berada beberapa meter dari lokasi. Nur berusaha mendekat ketika terjadi keributan. Akibatnya, ia meninggal di lokasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com