Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Priyo: Agenda Kunker Akan Lebih Selektif

Kompas.com - 05/05/2011, 18:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso mengatakan, anggaran kunjungan kerja DPR RI ke luar negeri memang pantas dipangkas pascakritik keras masyarakat terhadap sejumlah kunjungan kerja anggota Dewan dalam masa reses kali ini. Priyo mengatakan, anggaran kunjungan kerja ke luar negeri pantas dipotong hingga 40 persen!

"Saya sendiri pimpinan akan setuju dan mendorong agar jumlah anggaran kunjungan kerja itu dikurangi sampai 40 persen. Namun, saya minta anggaran ke luar negeri untuk pemerintah eksekutif dan para menteri hendaknya juga mengikuti plafon, yaitu mengurangi hal-hal yang tak perlu," katanya di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (5/5/2011).

Politisi Golkar ini berharap usulan ini bisa diterima dan diputuskan dalam rapat internal Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) mendatang. Priyo berpikir bahwa ke depan, kunjungan kerja yang akan disetujui hanyalah yang substansial, mendesak, dan memiliki manfaat yang tinggi. Priyo mencontohkan, agenda yang penting dan mendesak itu seperti memenuhi undangan dari parlemen negara-negara sahabat atau perhelatan akbar, di antaranya di ASEAN, Asia Pasifik, atau masyarakat Uni Eropa.

"Itu kita berangkatkan. Hal-hal yang lain, insya Allah, kami terima kasih atas kritikan masyarakat agar kami mempertimbangkan masak-masak masalah kunjungan kerja ini," tambahnya.

Terkait kunjungan kerja kontroversial dari Komisi VIII DPR RI ke Australia, Priyo mengatakan bahwa DPR tetap menerima masukan dan kritikan dari masyarakat dengan terbuka. Namun, dia menilai bahwa kritikan seharusnya ditujukan secara konstruktif.

"Meski demikian, janganlah kita senang sekali meributkan hal-hal yang sebenarnya masalah kecil dan teknis, seperti SMS dan e-mail, daripada hal-hal yang sebenarnya perlu dicari jalan keluarnya, masalah yang substantif. Saya lebih setuju mendengarkan kalau kritikan itu bermaksud untuk memperbaiki kinerja DPR ke depan," ungkapnya.

Priyo juga menaruh curiga mengenai alasan kritik yang begitu tajam tersebut karena terkesan lebih pada menjelek-jelekkan anggota dewan daripada memberi masukan dan kritik.

"Ada apa ini? Jangan-jangan nanti menghela napas juga dikritik? Seperti di Australia, kami terima kritikan itu. Namun kalau kemudian mengolok-olok lembaga kita yang harusnya kita jaga dengan hanya urusan teknis yang terkait kerja staf seperti e-mail, ini kita perlu bertanya kenapa terjebak hal-hal kecil dibesar-besarkan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Nasional
    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Nasional
    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Nasional
    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Nasional
    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Nasional
    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Nasional
    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Nasional
    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Nasional
    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Nasional
    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Nasional
    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com