Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panda: Bibit dan Chandra Bawa Cukong

Kompas.com - 20/04/2011, 21:02 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi senior PDI Perjuangan kembali menegaskan bahwa pertemuannya dengan Miranda Goeltom di Hotel Dharmawangsa merupakan pertemuan biasa antara calon pejabat dan anggota parlemen sebelum fit and proper test.

Panda Nababan selaku terdakwa dalam kasus dugaan suap cek perjalanan terkait pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang dimenangkan Miranda Goeltom pada 2004 itu mengungkapkan hal tersebut saat membacakan eksepsi atau pembelaannya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (20/4/2011).

Pertemuan Panda dengan Miranda itu, menurut Panda, kemudian dijadikan bukti penyidik KPK untuk menetapkannya sebagai tersangka.

"Padahal, sebenarnya pertemuan itu pertemuan biasa, sama dengan saya pernah ketemu dengan Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto di Hotel Hilton," ujarnya.

Panda melanjutkan, selain Bibit, Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah juga pernah bertemu dengannya sebelum fit and proper test. Bahkan, menurutnya, Bibit membawa teman cukong dan Chandra membawa teman pengusaha.

Menurut penuturan Panda dalam eksepsinya, cukong teman Bibit itu kemudian bertanya kepada Panda mengenai dana yang harus disiapkan untuk fraksi-fraksi di DPR terkait fit and proper test Bibit.

"Saudara Bibit tahu betul itu. Pada waktu itu dengan tegas saya katakan, 'Tidak ada dana untuk pemilihan ini'," katanya.

Begitu pun dengan pengusaha yang dibawa Chandra. Menurut Panda, dirinya menjawab tidak ada dana untuk pemilihan pimpinan KPK saat pengusaha teman Chandra mempertanyakan perihal itu.

"Teman pengusahanya itu juga bertanya kepada saya, apakah ada dana untuk pemilihan ketua KPK. Saya bilang tidak," ucapnya. Pertemuan Panda dengan Bibit dan Chandra tersebut kemudian diupayakannya sebagai pembanding dengan pertemuan dirinya dengan Miranda.

Panda berupaya membangun alibi. Oleh karena itu, sebelumnya Panda pernah meminta Bibit dan Chandra menjadi saksi meringankan baginya.

"Eh, malah menolak (jadi saksi meringankan)," kata Panda dalam eksepsinya. Ia juga menjelaskan, pertemuan antara anggota Dewan dan calon pejabat merupakan hal yang lumrah.

Panda menyebutkan sejumlah pejabat seperti mantan Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan, mantan Kepala Polri Da'i Bachtiar, dan mantan Kepala Polri Bambang Hendarso Danuri pernah bertemu dengannya selaku anggota Komisi Hukum DPR.

"Tetapi, karena sudah didramatisasi bahwa itu sebenarnya pertemuan domain Komisi IX DPR dengan Saudari Miranda. Saya sendiri hadir sebagai pimpinan fraksi (PDI-P) karena Tjahjo Kumolo tidak dapat hadir. Inilah yang dieksplorasi, didramatisasi bahwa saya yang memimpin (pemenangan Miranda)," ucap Panda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com