Di Kabupaten Gresik, Jatim, 55 desa di enam kecamatan diterjang banjir luapan Kali Lamong dan Kali Tengah (Kali Surabaya). Luapan Kali Tengah menerjang Kecamatan Wringinanom, Menganti, dan Driyorejo, sedangkan luapan Kali Lamong menerjang Balongpanggang, Benjeng, dan Cerme.
Di Jawa Barat, luapan Sungai Citarum menggenangi 500-an rumah di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, dan memaksa 200 orang mengungsi. Di Kecamatan Majalaya, juga di Kabupaten Bandung, banjir merendam 3.000-an rumah warga.
Kondisi serupa terjadi di Blora, Jawa Tengah. Sebanyak 10 rumah rusak parah, 1 rumah hanyut, 1 jembatan rusak, dan 10 hektar sawah siap panen luluh lantak.
Menurut Gubernur Jatim Soekarwo, kerugian materi terjadi karena gagalnya panen dan terendamnya permukiman. Meski demikian, stok pangan di Jatim tak terganggu. Pemerintah telah berusaha membebaskan tanah di bantaran sungai, tetapi masyarakat tetap tidak mau direlokasi. Pemerintah Provinsi Jatim akan membangun rumah-rumah panggung bagi warga yang sudah telanjur tinggal di bantaran sungai.
Di Mojokerto, genangan banjir terus meluas dan permukaannya yang meninggi membuat warga desa mengungsi. Mereka berasal dari Dusun Gembongan, Desa Jotangan, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto.
Wakil Bupati Mojokerto Wahyudi Iswanto, yang juga Ketua Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam (Satlak PBA) Mojokerto, menampik anggapan nihilnya peran Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat serta Satlak PBA tahun ini.
Di Gresik, banjir lebih banyak menggenangi areal pertanian, seperti di wilayah Benjeng, banjir menggenangi 1.803 rumah dan 672 hektar sawah siap panen sehingga kerugian Rp 676 juta.
Secara keseluruhan, 2.700,5 hektar padi terendam dan yang diperkirakan puso 1.066 hektar. Tanaman jagung yang terendam 63,5 hektar dan yang puso 29,5 hektar. ”Untuk areal pertanian dapat bantuan 25 kilogram per hektar tahap pertama untuk 550 hektar dan kedua 512 hektar,” kata Kepala Bagian Humas Kabupaten Gresik Hari Syawaluddin.
Bupati Gresik Robbach Ma’sum, kemarin, menyerahkan bantuan 25 ton beras dan 1.000 dus mi instan untuk enam kecamatan yang kebanjiran.
Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin di Bandung mengatakan, curah hujan di Pulau Jawa dan Sumatera bulan Maret 2009 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Akibatnya, potensi bencana alam banjir masih tinggi.
”Diperkirakan rata-rata curah hujan Maret 2009 di Jawa dan Sumatera 350 mm per bulan. Lebih tinggi dari rata-rata Februari 2009 sebesar 250 mm per bulan. Curah hujan akan kembali turun April 2009 ketika rata-rata curah hujan 200 mm per bulan,” kata Thomas.