JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi kekerasan di sekolah kedinasan sampai merenggut korban jiwa, seperti kasus terbaru yang terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, dianggap menjadi bukti upaya perubahan belum maksimal.
"Akar persoalan sebenarnya adalah transformasi di sekolah kedinasan selama ini hanya pembaharuan superfisial dari luar semata," kata pemerhati pendidikan Doni Koesoema A., saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/5/2024).
Doni mengatakan, proses perubahan sekolah kedinasan masih berkutat pada penguatan sanksi dan pengawasan.
Padahal menurut dia proses transformasi seharusnya mencakup berbagai hal mulai dari sistem sampai evaluasi.
Baca juga: Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior
"Tidak pada keseluruhan ekosistem pendidikan kedinasan, mulai dari sistem pendidikan, kurikulum, dan penyiapan tenaga pendidik/pengasuh dan sistem evaluasi dan penilaian di dalam pendidikan kedinasan," ucap Doni yang juga dosen di Universitas Multimedia Nusantara.
Doni menyampaikan, seharusnya sekolah kedinasan yang mensyaratkan kesehatan fisik tidak ada kaitannya dengan aksi kekerasan.
"Siswa harus sehat tanpa kekerasan," ucap Doni.
Diberitakan sebelumnya, taruna tingkat 1 STIP Jakarta bernama Putu Satria Ananta Rastika dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (3/5/2024), diduga karena dianiaya oleh seniornya, T (21).
Baca juga: Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hadi Saputra Siagian mengatakan, peristiwa pemukulan ini terjadi di sebuah toilet yang berada di lantai dua gedung Kampus STIP, Cilincing, Jakarta Utara.
Sebelum penganiayaan terjadi, Putu bersama beberapa rekannya baru saja mengecek sejumlah kelas usai kegiatan jalan santai.
“Setelah memastikan tak ada orang di dalam kelas, mereka (korban dan temannya) dipanggil oleh T. T mempertanyakan korban kenapa mengenakan baju olahraga saat ke gedung pendidikan," kata Hadi dalam keterangannya.
Hadi menyebutkan, Putu dan empat temannya dibawa ke dalam kamar mandi lalu diminta berbaris tanpa tahu tujuan dari sang senior.
Baca juga: Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam
“Setelah berbasis, T langsung melepaskan pukulan dengan tangan kosong kepada korban (Putu) ke arah ulu hati,” ujar Hadi.
T kemudian meminta empat teman Putu pergi dan korban dibawa ke klinik yang berada di lingkungan STIP.
Sesampainya di klinik, korban disebut sudah tak bernyawa, ditandai dengan sudah tidak ada nadi yang berdenyut di tubuh korban.