Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Anggap Relevan Argumen Prabowo Beli Pesawat Tempur Bekas

Kompas.com - 08/01/2024, 10:39 WIB
Ardito Ramadhan,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Peneliti hubungan luar negeri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Waffaa Kharisma menilai, calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto punya argumen yang relevan dalam menjelaskan alasan membeli pesawat tempur bekas.

Waffaa mengatakan, membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang baru dan mutakhir membutuhkan waktu tidak sedikit.

"(Alasan Prabowo) ada sisi argumentatifnya karena semua teknologi yang baru yang paling mutakhir, misalnya kalau yang hangat kan AUKUS kapal selam bertenaga nuklir, macam-macam lah di dunia ini, yang baru dan mutakhir itu perlu waktu," kata Waffaa, Minggu (7/1/2024), dikutip dari YouTube Kompas.com.

Baca juga: Prabowo: Anies Ngomong Barang Bekas, Rupanya Tidak Ngerti Masalah Pertahanan...

Ia menuturkan, pembelian sebuah alutsista baru memerlukan proses yang cukup panjang sehingga operasionalnya baru dapat dilakukan beberapa tahun setelah pembelian.

Sebelum alutsista beroperasi pun ada sejumlah tahapan yang harus dilalui, misalnya pertukaran sumber daya manusia agar memahami operasional hingga perawatan alutsita tersebut.

Waffaa mengatakan, perawatan alutsista tersebut juga akan lebih banyak dilakukan oleh produsen sehingga transfer pengetahun baru didapat belakangan.

"Jadi memang waktu itu betul, waktu itu secara operasional memang itu betul, tentu Pak Prabowo yang paling tahu karena beliau yang menghadapi," kata Waffaa.

Baca juga: Saat Prabowo Undang Anies Bahas Data Pengadaan Alutsista Bekas...

Akan tetapi, ia menilai, Prabowo juga harus menjelaskan alasan membeli pesawat tempur bekas ketimbang alutsista lain yang memiliki fungsi serupa.

Waffaa juga mempertanyakan latar belakang pembelian beragam alutsista untuk menangkal ancaman yang seperti apa.

"Ketimbang beli satu (pesawat) yang mahal, apakah mungkin daya tangkalnya bisa di-cover dengan banyak tapi lebih kecil, tapi mungkin bukan pesawat, mungkin benda lain, mungkin kapasitas misil, ini rasionalnya di mana? Ini yang enggak kelihatan," ujar dia.

Dalam debat calon presiden pada Minggu malam kemarin, calon presiden Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo mengkritik kebijakan Prabowo selaku menteri pertahanan membeli sejumlah alutsista bekas.

Baca juga: Tolak Undangan Prabowo untuk Jelaskan Alutsista Bekas, Anies: Ini Forum untuk Rakyat, Bukan Ngopi di Ruang Tertutup

Salah satu alusista bekas yang dibeli dan menjadi pergunjingan di tengah masyarakat adalah 12 unit pesawat tempur Mirage 2000-5 Qatar yang belakangan ditunda pembeliannya.

Menurut Prabowo, butuh waktu lama untuk membeli alat perang baru. Lagi pula, membeli alat perang bekas menurutnya tak masalah asal usia pakainya masih cukup panjang.

"Jadi alat perang itu usianya kurang lebih 25 sampai 30 tahun, pesawat terbang, kapal perang dan sebagainya. Jadi kemudian bukan soal bekas dan tidak bekas jadi usia pakai, kemudaan. Jadi pesawat umpamanya pesawat mirage 2005 yang ada di Qatar yang rencananya kita ingin akuisisi itu usia pakainya masih 15 tahun Pak," kata Prabowo.

"Dan teknologi ini mengarah kepada yang lebih canggih. Kita menunjukkan yang canggih yang terbaru. Tapi kalau kita beli baru datangnya Pak baru tiga tahun dan operasionalnya itu baru tujuh tahun Pak" ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan Agar Anggaran Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan Agar Anggaran Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

Nasional
Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com