BALI, KOMPAS.com - Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan bahwa Bali membutuhkan haluan 100 tahun pembangunan untuk masa depan.
Alasannya, agar masa depan Bali tidak boleh lepas dan bergerak tanpa arah.
Mulanya, Koster mengemukakan, saat ini telah terjadi berbagai dinamika yang mengancam keberlanjutan kesucian Bali.
"Oleh karena itu masa depan Bali tidak boleh dilepas, tidak boleh dibiarkan bergerak tanpa arah. Ini yang bisa tangkap bahwa haluan pembangunan Bali sangat penting seperti yang diharapkan oleh ibu Megawati Soekarnoputri," kata Koster dalam acara seminar bertajuk haluan pembangunan Bali 100 tahun ke depan, di Badung, Bali, Jumat (5/5/2023).
Baca juga: Megawati Minta Pembangunan Bali 100 Tahun Ke Depan Tetap Mengedepankan Lahan Subur
"Jadi kita harus memberikan arahan kepastian masa depan Bali dibangun dan diwujudkan," lanjut dia.
Menurut Koster, selama ini Bali sudah lama tidak mempunyai haluan pembangunan masa depan.
Terlebih, kata dia, haluan pembangunan yang berkelanjutan untuk jangka panjang.
"Sudah lama Bali tidak memberikan haluan pembangunan secara komperhensif dan berkelanjutan yang berdimensi jangka panjang minimum 100 tahun atau satu abad," ujarnya.
"Sebagai pemimpin Bali, saya memiliki tanggung jawab besar. Bertindak untuk menyusun konsep sebagai haluan pembangunan Bali dengan arah yang strategi yang jelas rukun dan berdimensi jangka panjang sampai 100 tahun ke depan," tambah dia.
Baca juga: Gubernur Bali Dapat Tugas dari Megawati Susun Konsep Pembangunan Bali 100 Tahun ke Depan
Koster menambahkan, haluan itu juga diperlukan demi kesucian dan keharmonisan alam manusia di Bali.
Terlebih, untuk generasi Bali sepanjang zaman di masa yang akan datang.
Menurutnya, haluan pembangunan Bali juga penting untuk kepala daerah yang baru dilantik, baik Gubernur maupun Bupati.
"Jadi Gubernur dan Bupati dan Wakil Bupati se-Bali itu akan menbuat visi misi yang baik. Ini lah yang harus dijaga dengan arahan ibu Megawati," tutur politisi PDI-P ini.
Koster menegaskan, konsep masa depan Bali bersifat ideologis yang meliputi kultural, religius, dan nasionalis.
Ia pun mengingatkan soal Bali di masa lalu atau tempo dulu di mana kehidupannya masih suci.
"Tempo dulu alam Bali masih sangat bersih asri dan lestari karena penduduk masih sedikit. Hidup sangat tradisional dan alami. Tidak ada pariwisata dan yang utama adalah tidak ada penggunaan pupuk kimia serta pestisida sehingga alam betul-betul sehat," kata Koster.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.