Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LaporCovid-19 Minta Pemerintah Perhatikan Kasus Covid-19 yang Tak Teridentifikasi

Kompas.com - 22/07/2021, 15:56 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - LaporCovid-19 meminta pemerintah untuk memperhatikan kasus Covid-19 yang tidak teridentifikasi atau under reporting cases.

Co-Founder LaporCovid-19 Irma Hidayana mengungkapkan, kasus tidak teridentifikasi memiliki dampak yang cukup berbahaya dan telah menjadi perhatian badan kesehatan dunia (WHO).

"Ini sudah diwanti-wanti oleh WHO, harus di identifikasi, karena kalau kita punya under reporting cases, kematian atau kasus (infeksi) yang tidak ditemukan, itu bahaya," terang Irma dalam diskusi virtual yang diadakan Indonesia Corruption Watch (ICW), Kamis (22/7/2021).

Baca juga: Kematian Pasien Covid-19 Isoman Meluas, Pertanda Nyata Sistem Kesehatan Kolaps

Menurutnya, dampak dari banyaknya kasus Covid-19 yang tidak teridentifikasi adalah meningkatnya penyebaran di tingkat lokal yang tidak terdeteksi.

"Konsekuensinya akan meningkatkan transmisi di tingkat lokal karena ketidaktahuan masyarakat bahwa orang disekitarnya terinfeksi Covid-19, ini bisa menular kemana-mana," lanjut dia.

Irma menduga masih banyak kasus Covid-19 di Indonesia yang belum terindefikasi.

Salah satu indikasinya adalah perbedaan data antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

"Kalau dihitung angka-angka di level kabupaten, kota, provinsi hingga nasional itu berbeda. Angka kematian beda, kadang angka penambahan kasus beda, nah ini yang kemudian LaporCovid-19 menyoroti (adanya) under reporting cases," katanya.

Baca juga: LaporCovid-19: Percuma Angka Kasus Covid-19 Turun kalau Jumlah Testing Merosot

Irma mendorong pemerintah untuk memperhitungkan itu untuk mengambil kebijakan dalam melakukan penanganan pandemi Covid-19.

"Itu harus diperhitungkan karena itu juga dilakukan oleh pemangku kepentingan, pembuat kebijakan untuk memformulasikan kebijakan supaya kebijakan yang diambil merepresentasikan kondisi di lapangan," imbuh dia.

Diketahui salah satu penyebab angka kematian yang meningkat akibat Covid-19 juga diakibatkan terlambatnya deteksi dini pada pasien.

Ahli epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman menjelaskan minimnya deteksi di tahap awal itu menyebabkan pasien terlambat mendapatkan penanganan medis.

"Sehingga mereka terlambat terdeteksi, terlambat dirawat. Jadi datang sudah dalam kondisi parah, saturasi oksigennya sudah berat," sebutnya dihubungi Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com