Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Menkes soal Masuknya Varian Corona Asal India ke Kudus

Kompas.com - 13/06/2021, 19:25 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, ditemukan varian virus corona asal India B.1.617 pada lonjakan kasus yang terjadi di Kudus, Jawa Tengah.

"Itu sudah kita teliti, hasilnya baru keluar sekitar 2 hari yang lalu bahwa memang yang di area Kudus adalah varian baru yang datang dari India," kata Budi dalam seminar daring yang digelar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Jawa Tengah, Minggu (13/6/2021).

Ia mengatakan, masuknya varian corona B.1.617 ke Indonesia disebabkan banyaknya para pekerja migran yang kembali ke Tanah Air melalui pelabuhan-pelabuhan laut.

Baca juga: Ada Temuan Covid-19 Varian India, Pemkab Kudus Berlakukan Gerakan 7 Hari di Rumah Saja

Berbeda dari pelabuhan udara yang penjagaannya sudah cukup ketat, pengawasan di pelabuhan laut cenderung lebih sulit karena banyaknya kapal yang mengangkut barang, termasuk yang berasal dari India.

"Sehingga masuk dari sana varian-varian baru," ujar dia.

Selain karena masuknya varian virus baru yang penularannya lebih cepat, kata Budi, lonjakan Covid-19 juga disebabkan karena euforia masyarakat yang sudah disuntik vaksin.

Di Kudus, kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. Jumlahnya mencapai lebih dari 400 jiwa.

Kini, lonjakan kasus tidak hanya terjadi di Kudus, tetapi juga daerah-daerah sekitarnya seperti Jepara, Rembang, Grobogan, Pati, bahkan di berbagai provinsi lainnya di luar Jawa Tengah.

"Kudus sendiri sudah mulai flattening, tapi mulai bergeser ke daerah sekitarnya seperti Pati saya lihat ada kenaikan, di Grobogan saya lihat juga ada kenaikan, dan juga beberapa lokasi-lokasi di luar Jawa Tengah seperti di Madura, Bandung Selatan, dan sekarang juga sudah masuk ke Jakarta," ucap Budi.

Baca juga: Ada Covid-19 Varian India, Pemkab Kudus Bakal Buat Tempat Isolasi Terpusat

Akibat lonjakan itu, menurut Budi, tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 juga ikut meningkat.

Sebelum libur Idul Fitri 2021, hanya 20.000 tempat tidur yang terisi dari total 75.000 tempat tidur isolasi yang disediakan pemerintah.

Angka ini naik 100 persen dalam waktu 1 bulan dan kini sekitar 40.000 tempat tidur isolasi yang terisi.

Sementara itu, dari total 7.500 tempat tidur ICU yang disediakan, kini 4.000 sudah terisi. Padahal, sebelum Lebaran, hanya sekitar 2.000 tempat tidur yang digunakan.

Budi menyebut, kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Padahal, kondisi demikian diprediksi masih akan berlangsung hingga 7 minggu pasca-libur Lebaran.

"Jadi mungkin sampai akhir bulan atau awal bulan Juli kita masih melihat adanya kenaikan," ucap dia.

Baca juga: Ganjar: Ingat, Varian Baru Sudah Masuk di Kudus, Catat Itu…

Ia pun meminta masyarakat tak lengah dalam menghadapi situasi ini dan tetap menerapkan protokol kesehatan pencehan virus corona.

"Sudah saatnya kita untuk sangat hati-hati, jangan underestimate, jangan terlalu overconfidence, jangan terlalu mobilitasnya terlampau tinggi. Terus terang saya merasa sangat khawatir," kata Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com