Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Usul Buat Sentra Produksi UMKM, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 01/02/2020, 19:15 WIB
Sania Mashabi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki menuturkan pemerintah memiliki cara untuk membuat UMKM semakin berkembang dan berkualitas.

Salah satu caranya, kata dia, dengan memusatkan produksi untuk berbagai jenis usaha yang dibuat oleh UMKM.

"Kami juga punya strategi juga, bagaimana kami dorong UMKM yang produksinya menyebar, sulit masuk ke sistem logistik nasional, didorong di sentra-sentra produksi berdasarkan kluster, daerah dan komoditas," kata Teten saat wawancara khusus dengan Kompas.com, Kamis (23/1/2020.

Baca juga: Usul di RUU Omnibus Law: Restoran UMKM Terbebas dari Sertifikasi Halal

Teten menjelaskan, sentra produksi memudahkan pemerintah untuk memberikan pembinaan pada UMKM.

Serta membantu pemerintah untuk memperbarui mesin-mesin produksi yang digunakan oleh UMKM.

"Supaya dengan mudah pemerintah melakukan pembinaan, up grade permesinan mereka dalam konsep rumah produksi bersama sehingga UMKM tidak hanya milik UMKM itu sendiri. Izinnya, pembiayaannya, bisa terintegrasi," ungkapnya.

Dia mencontohkan produk furniture yang sudah mulai tersentralisasi. Menurutnya saat ini produksi furniture terpusat di Jawa Tengah seperti Kendal, Sukoharjo, Solo, Jepara, Yogyakarta.

"Sehingga di situ kita bisa lakukan upgrading permesinan alat produksi, bahan baku, kayunya standard industri," ujarnya.

Baca juga: Omnibus Law, Perlukah UMKM Deg-degan?

"Nah kita bisa bikin rumah produksi bersama untuk kayunya sehingga kayu-kayu yang diolah UMKM di workshop mereka yang menyebar, standardnya sudah sama dengan industri," sambungnya.

Selain furniture, saat ini juga sudah ada sentra produksi rendang di Padang, Sumatera Barat.

Namun, sentra tersebut dibuat atas dasar inisiatif kepala dinas koperasi daerah tersebut.

Menurut Teten, sentralisasi produksi ini tidak selamanya harus dilakukan oleh pemerintah tetapi juga pihak swasta.

"Bisa inisiatif swasta juga. Saya dengar ada swasta yang ingin pabrik rokok modern sehingga nanti si pemegang merek yang kecil-kecil, di Jawa kan banyak tuh, bisa bikin di situ dengan brand sendiri," tuturnya.

Pemerintah, lanjut Teten, ingin mengusulkan persyaratan sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dimudahkan.

Maka dari itu, dia ada perbaikan standar produk melalui dukungan pemerintah.

"Bahkan kami dorong mendapatkan sertifikasi kelas dunia. Karena itu, maka perbaikan standard produk di produksinya harus disupport. Kalau UMKM disuruh bikin modern, permesinan modern, pastinya tidak mampu," ucap Teten.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com