JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Greenpeace Indonesia Leo Simanjuntak memprediksi, curah hujan ekstrem seperti di Jakarta dan sekitarnya bisa rutin terjadi.
Menurut dia, berdasarkan data dalam 10 tahun terakhir, curah hujan terus naik dengan interval yang makin pendek.
"Kita harus melihat bahwa curah hujan yang ekstrem ini intervalnya makin pendek. Mungkin tidak terlalu relevan lagi siklus sepuluh tahunan atau lima tahunan untuk curah hujan ekstrem tetapi sebenarnya ini menuju jadi kenormalan yang baru. Kita harus siap ini menjadi sesuatu yang makin rutin yang harus kita terima," kata Leo saat konferensi pers mengenai banjir Jabodetabek di Kantor LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/1/2020).
Baca juga: Moeldoko: Sebenarnya Banjir karena Lingkungan Luar Jakarta
Leo mengatakan, saat ini tanda-tanda krisis iklim makin terlihat nyata. Ia menyebut curah hujan ekstrem merupakan salah satu indikator utama krisis iklim.
"Secara scientific, curah hujan ekstrem dalam waktu singkat sudah terbukti menjadi satu indikator paling kuat terhadap krisis iklim," tutur dia.
Menurut dia, hal ini terjadi karena pemanasan global. Indonesia menjadi salah satu negara yang turut berperan dalam pemanasan global.
Sebab, kata Leo, Indonesia masuk dalam jajaran sepuluh negara penghasil emisi karbon terbesar.
"Kita masuk 'top 10' penghasil emisi karbon. Karena dua persoalan utama, yaitu kita mengonsumsi batu bara besar-besaran dan melakukan deforestasi," ujar dia.
Leo pun menilai, saat ini pemerintah terkesan abai dalam menangani isu tersebut. Menurut dia, belum ada kebijakan konkret dari pemerintah untuk menghentikan konsumsi batu bara dan deforestasi.
"Pemerintah masih abai soal ini. Tidak ada kebijakan konkret dan kuat untuk menghentikan konsumsi batu bara dan deforestasi. Meski ada progress, tapi masih kurang. Kalau sepuluh tahun ke depan tidak ada perubahan fundamental, kita bisa hampir pasti curah hujan ekstrem akan menjadi rutin," kata Leo.
Baca juga: Moeldoko: Sebenarnya Banjir karena Lingkungan Luar Jakarta
Oleh karena itu, ia berharap bencana banjir di Jabodetabek menjadi peringatan bagi pemerintah agar segera mengambil langkah nyata untuk meminimalkan pemanasan global.
"Ini 'wake up call' yang pahit tetapi mudah-mudahan karena ini terjadi di ibu kota, bisa menyadarkan para pengambil kebijakan untuk ambil langkah-langkah konkret," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.