Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Prabowo-Sandiaga Pilih Pakai Jas Hitam dan Peci pada Foto di Surat Suara

Kompas.com - 04/01/2019, 18:30 WIB
Devina Halim,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, memilih mengenakan jas hitam, dasi merah, dan dilengkapi dengan peci hitam, pada foto yang dicetak di surat suara Pilpres.

Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Priyo Budi Santoso, menjelaskan, foto itu menunjukkan kepemimpinan serta kewibawaan kedua paslon.

"Kali ini Pak Prabowo dan Sandi ingin tampil beda dengan baju yang mencitrakan kepemimpinan dan kewibawaan nasional," kata Priyo saat ditemui di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta Pusat, Jumat (4/1/2019).

Baca juga: Ini Kebijakan Fiskal yang Akan Diusung Prabowo-Sandiaga

Priyo mengatakan, baju muslim hingga baju adat termasuk dalam pilihan pakaian yang akan dikenakan kedua paslon di surat suara.

Namun, pilihan mereka jatuh pada jas berwarna hitam karena menunjukkan kewibawaan dan kepemimpinan.

Selain itu, kata Priyo, jas merupakan pakaian yang dikenakan pemimpin di seluruh dunia dalam acara formal.

Priyo menambahkan, jas juga dikenakan dalam foto resmi presiden dan wakil presiden Indonesia terpilih, yang terpampang di dinding-dinding ruangan.

Baca juga: Piala Kebohongan Ter-HQQ, Ter-Lebay, dan Ter-Halu untuk Prabowo, Sandiaga, dan Andi Arief...

"Pemimpin-pemimpin, mulai Amerika sampai pemimpin manapun kalau perhelatan resmi, pidato di acara internasional, mereka pake jas, berdasi, dan fasih dengan bahasa internasional," jelas dia.

Dalam foto untuk kertas suara tersebut, keduanya berpose dengan tersenyum. Priyo mengungkapkan, senyum tersebut juga memiliki makna tersendiri, yaitu untuk menunjukkan keduanya merakyat.

"Tetap tunjukkan rasa santun dan merakyat yaitu dengan model simpul yang khas dari Prabowo dan Sandiaga," terang Priyo.

Kompas TV Tim kampanye nasional Jokowi-Ma'ruf Amin menilai kabar bohong atau hoaks soal surat suara disebarkan untuk membuat kesan pilpres berjalan penuh kecurangan. Direktur program tim kampanye nasional Jokowi-Maruf Amin Aria Bima menyebut hoaks merupakan upaya untuk meyakinkan masyarakat bahwa pilpres kali ini telah dicurangi oleh salah satu pasangan calon. Aria Bima juga meminta agar badan pemenangan nasional Prabowo-Sandiaga bisa menertibkan pendukungnya supaya tidak menyebar isu hoaks yang belum diklarifikasi kebenarannya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com