Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei LSI: Pengguna Media Sosial Lebih Kritis ke Jokowi

Kompas.com - 05/09/2018, 19:10 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa mengatakan, masyarakat pengguna media sosial lebih kritis ke kinerja Presiden Joko Widodo dibanding mereka yang tidak menggunakan media sosial.

Ardian berkaca pada temuan hasil survei LSI yang dilakukan pada 12-19 Agustus 2018.

Survei melibatkan 1.200 responden di 33 provinsi Indonesia.

Ardian memaparkan, responden yang menggunakan media sosial pada survei itu sebanyak 28,5 persen. Sementara yang tidak menggunakan media sosial sebesar 71,5 persen.

Baca juga: Survei LSI: Jokowi-Maruf Unggul di Pengguna Facebook, Prabowo-Sandi di Instagram dan Twitter

Pengguna media sosial yang puas dengan kinerja Jokowi sebanyak 67,9 persen. Sementara yang tidak puas sebesar 29,2 persen.

Di sisi lain, kepuasan responden yang tidak menggunakan media sosial terhadap kinerja Jokowi sebesar 78,1 persen. Sementara yang tidak puas 18,1 persen.

"Kita melihat bahwa kepuasan (terhadap) Pak Jokowi di sosial media lebih rendah dibandingkan dengan yang bukan pengguna sosial media. Pengguna media sosial secara umum lebih terinformasi dan lebih kritis terhadap kekuasaan," kata Ardian dalam rilis survei di kantornya, Jakarta, Rabu (5/9/2018).

Ardian menilai situasi itu membuktikan pengguna media sosial mampu mengumpulkan berbagai informasi dan membandingkannya satu sama lain.

Sehingga, Jokowi perlu menangani berbagai persoalan atau isu yang menjadi perhatian pengguna media sosial dengan baik.

Sebab, pengelolaan isu juga akan berpengaruh pada seberapa besar dukungan publik terhadap Jokowi pada Pilpres 2019 nanti.

Di sisi lain, citra dan keunggulan Jokowi di mata pengguna media sosial bisa terancam melemah dengan keberadaan tagar #2019GantiPresiden.

Dari data survei LSI, responden pengguna media sosial yang menyukai tagar tersebut sebesar 63,2 persen dan yang tidak suka sebesar 30 persen.

"Sejauh ini #2019GantiPresiden jauh lebih bisa menghimpun orang-orang yang tidak suka terhadap Jokowi dalam kanal yang sama," katanya.

"Selain itu juga adalah bad news is a good news. Jadi memang hal yang buruk jadi berita. Seringkali sejauh ini masyarakat lebih suka yang bombastis, mengarah ke hiperrealitas," paparnya.

Baca juga: Survei LSI: Jokowi-Maruf Unggul dari Prabowo-Sandiaga di Kalangan Pengguna Medsos

Ia menekankan, media sosial merupakan elemen penting bagi publik untuk mengamati kinerja seorang pemimpin. Sehingga Ardian kembali mengingatkan Jokowi sebagai calon petahana harus segera menangani persoalan atau isu di media sosial dengan baik.

"Karena sumber informasi akan bergulir di sini. Kalau tidak menggarap segmen sosial media adalah hal bahaya. Sosial media (bisa) punya lebih suara," kata dia.

Kompas TV Partai Demokrat akan memberi sanksi kepada kadernya yang tidak mengikuti perintah partai pada Pilpres 2019.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

Nasional
[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

Nasional
Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

Nasional
SYL Ngaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

SYL Ngaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

Nasional
PDI-P Sebut Pemanggilan Hasto oleh Polda Metro Jaya Upaya Bungkam Suara Kritis

PDI-P Sebut Pemanggilan Hasto oleh Polda Metro Jaya Upaya Bungkam Suara Kritis

Nasional
Apresiasi Perwira Inovatif, Annual Pertamina Awards Ke-14 Resmi Dibuka

Apresiasi Perwira Inovatif, Annual Pertamina Awards Ke-14 Resmi Dibuka

Nasional
Bertanya ke Saksi, SYL Tegaskan Bagikan Sembako hingga Sewa Pesawat untuk Kepentingan Masyarakat

Bertanya ke Saksi, SYL Tegaskan Bagikan Sembako hingga Sewa Pesawat untuk Kepentingan Masyarakat

Nasional
162.961 Jemaah Haji Sudah Tiba di Arab Saudi, 36 Wafat

162.961 Jemaah Haji Sudah Tiba di Arab Saudi, 36 Wafat

Nasional
34 dari 37 WNI yang Berhaji Tanpa Visa Haji Dibebaskan dan Dipulangkan ke Tanah Air

34 dari 37 WNI yang Berhaji Tanpa Visa Haji Dibebaskan dan Dipulangkan ke Tanah Air

Nasional
KPU Akan Rapat Internal dan Konsultasi dengan DPR Usai MA Ubah Batas Usia Calon Kepala Daerah

KPU Akan Rapat Internal dan Konsultasi dengan DPR Usai MA Ubah Batas Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
TNI Siap Dikirim ke Gaza untuk Operasi Perdamaian

TNI Siap Dikirim ke Gaza untuk Operasi Perdamaian

Nasional
Istri Terima Uang Rp 30 Juta Per Bulan dari Kementan, SYL: Ada Kegiatan Dharma Wanita

Istri Terima Uang Rp 30 Juta Per Bulan dari Kementan, SYL: Ada Kegiatan Dharma Wanita

Nasional
PN Jakpus Tak Berwenang Adili Gugatan soal Pencalonan Gibran, Pengacara Jokowi: Tak Terbukti Lawan Hukum

PN Jakpus Tak Berwenang Adili Gugatan soal Pencalonan Gibran, Pengacara Jokowi: Tak Terbukti Lawan Hukum

Nasional
Hasto Curiga Ada 'Orderan' di Balik Pemanggilannya ke Polda Metro Jaya

Hasto Curiga Ada "Orderan" di Balik Pemanggilannya ke Polda Metro Jaya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com