Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Hanya 53,3 Persen Pendukungnya Pilih Prabowo, PKS Buat Survei Tandingan

Kompas.com - 27/08/2018, 23:59 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Departemen Analisis Badan Pemenangan Pemilu DPP PKS Agus Purnomo memaparkan, partainya sedang melakukan survei pembanding terkait peta pemilih PKS dalam Pilpres 2019. Survei ini nantinya akan menjadi perbandingan dengan temuan survei-survei sebelumnya.

Hal itu menyikapi temuan survei Alvara Research Center yang menyebutkan hanya 53,3 persen pemilih PKS yang mengangap pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sudah sesuai dengan aspirasi mereka.

"Kami sedang melakukan survei pembanding, pekan depan baru bisa membandingkan. Kami belum mendalami detail survei Alvara," ujar Agus dalam pesan singkat, Senin (27/8/2018).

Agus menduga, temuan itu menunjukkan masih adanya sebagian pemilih PKS yang belum menentukan pilihan atau memilih calon lain.

Baca juga: Hanya 53,3 Persen Pemilih PKS Anggap Prabowo-Sandiaga Sesuai Aspirasi

Oleh karena itu, hasil survei internal ini akan dijadikan landasan bagi PKS untuk mengonsolidasikan seluruh elemen partai untuk meningkatkan dukungan pemilih PKS terhadap Prabowo-Sandi.

"(Dengan) berbasis survei internal dan pembanding, (kami) melakukan konsolidasi struktural," kata dia.

Sebelumnya, Founder dan CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali mengatakan, rendahnya persentase pemilih PKS tersebut disebabkan adanya efek kejut karena Prabowo lebih memilih kader Gerindra, Sandiaga Uno, sebagai cawapres.

"Padahal, kita bisa melihat PKS adalah partai yang paling serius mendorong kandidatnya menjadi cawapres Prabowo. Bahkan, muncul sembilan nama yang diusulkan oleh PKS untuk dipasangkan dengan Prabowo," kata Hasanuddin di Jakarta, Minggu (26/8/2018).

Kompas TV Sosok pengganti Sandiaga Uno untuk mengisi kekosongan Wakil Gubernur DKI Jakarta masih menjadi perdebatan antar partai politik pengusung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com