KOMPAS.com - Perkembangan radio amatir di Indonesia sudah ada sejak sebelum kemerdekaan.
Radio amatir, alat komunikasi dua arah dijadikan alat pemberi informasi ke berbagai elemen masyarakat.
Pada 1970-an, seperti dikutip dari Harian Kompas, 6 Juli 1974, antar radio amatir saling berhubungan baik di dalam maupun luar negeri.
Pada masa penjajahan, Belanda membangun Radio Malabar yang berada di Jawa Barat untuk menghubungkan komunikasi Pemerintah Hindia Belanda dengan Kerajaan Belanda.
Seiring berjalannya waktu, radio amatir semakin masif.
Pada 9 Juli 1968, Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI) didirikan untuk menyatukan para pengguna radio amatir di Indonesia.
Alat
Alat yang digunakan radio amatir adalah transceiver. Lebih sederhananya, menggunakan handle transceiver atau biasa disebut HT.
Melalui alat ini, seseorang bisa memberikan kabar/informasi dari satu tempat ke tempat yang lain dengan dibatasi jarak wilayah tertentu.
Biasanya, merek piranti yang digunakan memengaruhi jarak dalam berkomunikasi.
Ada dua stasiun radio amatir yaitu stasiun radio amatir tetap dan stasiun radio amatir bergerak.
Radio amatir tetap biasanya berada di rumah atau kantor organisasi, sedangkan yang bergerak pada alat transportasi seperti kapal atau kereta api.
Bagi mereka yang terhubung dengan radio amatir, akan mendapatkan kode nada panggil khusus.
Setiap negara memiliki kode tersendiri untuk komunikasinya. Indonesia, misalnya, menggunakan kode YH untuk tingkat pemula, YD atau YG untuk siaga, YC atau YF untuk penggalang, dan YB atau YE untuk penegak.
Untuk susunan kedua adalah angka 0-9 untuk menyatakan kode wilayah dan susunan ketiga adalah susunan suffiks untuk menjelaskan pemilik IAR Stasiun Radio Amatir.