Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok AHY Dinilai Kurang Menjual karena Label "Änak SBY"

Kompas.com - 05/07/2018, 18:17 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com -- Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menyoroti usaha Partai Demokrat yang mendorong-dorong Agus Harimurti Yudhoyono untuk diduetkan dengan sejumlah nama agar diusung pada pemilihan presiden 2019 mendatang.

Diketahui, awalnya Demokrat mewacanakan duet Jusuf Kalla-AHY. Tetapi, setelah JK menegaskan tidak bersedia, Demokrat melontarkan wacana lain, yakni Anies Baswedan-AHY.

Menurut Hendri, wacana itu tak akan mungkin terwujud. Alasannya adalah sosok AHY sendiri yang dinilai tidak menjual.

"Dari survei, persepsi publik terhadap AHY adalah anak SBY, mantan calon gubernur DKI, mantan militer. Khususnya soal anak SBY, kalau hanya mengandalkan kharisma SBY saja, maka sulit orang mengenal siapa AHY," ujar Hendri kepada Kompas.com, Kamis (5/7/2018).

Baca juga: Politisi Demokrat Anggap Jusuf Kalla Beri Sinyal Duet Anies-AHY

AHY, menurut Hendri, memang cukup populer, meski elektabilitasnya masih sangat rendah. Namun, faktor popularitas itu sendiri bukan berorientasi pada politikus atau calon pemimpin. Dengan gaya AHY yang terkesan elitis, Hendri berpendapat persepsi publik lebih mengarahkan bahwa AHY adalah seorang selebritis.

"Dia memang populer. Tapi bukan sebagai politikus. AHY sebenarnya sekarang ini bukan sedang dalam proses jadi calon pemimpin menurut saya. Karena menurut hasil survei pun enggak ada dia dipersepsikan sebagai tokoh muda. Yang saya takutkan dengan apa yang dilakukan saat ini, AHY justru sedang menapaki alur karier sebagai selebritis. Bukan karier sebagai politikus atau calon pemimpin," ujar Hendri.

"Sekarang ini kan kesannya AHY elite. Ke mana-mana ditemani pasukan dan lain-lain. Jadi ini agak susah memang figur AHY. Maka wajar apabila politisi-politisi senior itu yang akan dipasangkan dengan beliau, ya balik badan," lanjut dia.

Baca juga: Jusuf Kalla Tolak Tawaran Demokrat Duet Bareng AHY di Pilpres 2019

Hendri menyarankan, AHY lebih luwes lagi dalam bergaul di dunia politik. Tidak hanya dengan internal di Partai Demokrat, AHY disarankan bergaul juga dengan politisi muda di luar partainya.

Hanya dengan komunikasi yang luwes itulah sosok AHY lama kelamaan akan memiliki karakter dan terpisah dengan kharisma sang ayah. Hal ini harus menjadi perhatian tim pendukung AHY.

"Tim AHY itu harus lebih menyadari hal itu. harusnya ada perubahan profiling dari seorang AHY. Makanya ngobrollah, berdiskusilah dengan orang-orang yang di luar Demokrat. Sehingga dia tahu persis kira-kira persepsi apa yang saat ini dia miliki di publik. Susah kalau misalnya mau mengincar 2024 juga tapi yang dijajaki karier selebritis," ujar dia.

Kompas TV Demokrat mengusung 17 calon dalam pilgub di pilkada serentak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com