Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Akan Kerjasama dengan Interpol Terkait Penipuan Berkedok "Missed Call"

Kompas.com - 02/04/2018, 22:05 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, Polri akan berkoordinasi dengan Interpol terkait penipuan berkedok missed call atau "wangiri".

Warganet tengah ramai membicarakan soal missed call dari nomor luar negeri itu. Tak hanya Indonesia, negara lain dilaporkan juga mengalami hal serupa.

"Ini kan antar negara, kita harus kerjasamakan dengan interpol," ujar Setyo di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Senin (2/4/2018).

(Baca juga: Mengenal Wangiri, Penipuan Berkedok Missed Call dari Luar Negeri)

Setyo mengatakan, saat ini Polri belum memiliki data soal "wangiri" karena belum ada laporan. Ia meminta masyarakat yang menjadi korban melapor ke polisi.

"Supaya paling tidak kita bisa mengecek mereka dapat telepon dari nomor berapa," kata Setyo.

Modus penipuan ini diketahui telah memakan cukup banyak korban dan bukan hanya terjadi di Indonesia.

Pada Februari lalu di Australia, sejumlah pengguna operator seluler melaporkan adanya panggilan telepon misterius dari nomor internasional. Berdasarkan dari awalan kode negaranya, nomor-nomor ini ditengarai berasal dari Kongo, Papua Niugini, Belgia, hingga Afrika.

Kasus panggilan misterius dari luar negeri ini ternyata bukan yang pertama kali terjadi. Dilansir dari Techwelkin, Minggu (1/4/2018), hal tersebut merupakan trik penipuan berbasis telepon premium.

Scammer atau si penipu akan menyewa nomor premium internasional dari sebuah perusahaan. Kemudian pelaku akan melakukan panggilan secara acak dan langsung menutup panggilan tersebut agar berpikir Anda melewatkan sebuah panggilan penting.

(Baca juga: Dapat Missed Call dari Luar Negeri? Awas, Jangan Ditelepon Balik)

Jika korban menelepon balik, tagihan telepon akan membengkak. Tagihan inilah yang kemudian akan masuk ke kantong penipu tersebut. Maka jika Anda mengalami hal serupa, sebaiknya jangan lakukan panggilan balik agar tidak menjadi korban scam ini.

Penipuan ini diketahui sudah terjadi sejak awal  2000-an. Modus ini konon pertama kali berasal dari Jepang dan disebut "Wangiri". Kata "Wangiri" dalam bahasa Jepang berarti "panggilan tak terjawab".

Di Indonesia pada 2016 lalu pun pernah terjadi hal serupa. Kala itu sejumlah pengguna operator seluler mengeluhkan menerima nomor telepon internasional dengan prefix nomor +77.

Kemudian beredar pesan berantai yang isinya mengajak pengguna ponsel berhati-hati bila menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal, apalagi berasal dari luar negeri.

Menurut pesan berantai tersebut, jika pengguna menelepon balik ke nomor internasional tadi, data nomor telepon di ponsel akan diambil dan penelepon dikenai biaya 15 hingga 30 dollar AS per panggilan.

Berdasarkan keterangan dari salah satu operator seluler di Jepang, "wangiri" merupakan skema penipuan yang menargetkan pengguna ponsel secara acak.

(Baca juga: Waspada Penipuan Berkedok Operator Bank, Minta Kode OTP untuk Belanja Online)

Pelaku membuat ribuan panggilan random pada nomor ponsel di berbagai negara hanya dengan sekali dering alias missed call.

Pelaku memanfaatkan perilaku manusia yang kecanduan telepon seluler kala itu. Dengan begitu, diharapkan ada korban yang penasaran dengan missed call ini kemudian melakukan panggilan balik.

Di sinilah kemudian pelaku menguras korban. Jika korban melakukan panggilan balik pada nomor tersebut, korban akan dikenai tarif premium sehingga tagihan teleponnya akan membludak. Tagihan inilah yang kemudan masuk ke kantong si pelaku.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com