Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zaini Dieksekusi Mati Arab Saudi, "Bargaining Position" Pemerintah Dinilai Lemah

Kompas.com - 20/03/2018, 12:24 WIB
Robertus Belarminus,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah menilai dalam kasus eksekusi mati Zaini Misrin, posisi tawar atau bargaining position pemerintah Indonesia terhadap Arab Saudi masih lemah.

Dia berharap Indonesia meninjau kembali posisi tawarnya tidak hanya dengan Arab Saudi, tetapi dengan negara lain dalam urusan TKI.

"Kalau melihat bagaimana Presiden saja diabaikan, artinya memang perlu dilihat kembali bagaimana bargaining position kita di mata negara lain. Jadi saya kira, tidak hanya Saudi, dengan Malaysia dan negara lain, bargaining position kita dianggap lemah," kata Anis, disela aksi di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, di Kuningan, Jakarta, Selasa (20/3/2018).

(Baca juga: Migrant Care: Arab Saudi Sudah Eksekusi Mati 5 TKI Tanpa Pemberitahuan)

Untuk memperkuat posisi tawar dalam urusan TKI ini, pemerintah diminta memperbaiki tata kelola buruh migran. Berikutnya adalah memperbaiki kualitas diplomasi baik dari sumber daya maupun pendekatan yang digunakan sehingga lebih efektif ke depan.

Anis berharap, keberhasilan Indonesia untuk bernegosiasi dalam sejumlah isu perdamaian, bisa diterapkan untuk isu pekerja migran atau TKI.

"Toh untuk isu lain, misalnya untuk isu perdamaian, Indonesia banyak menjadi referensi. Menjadi inisiator untuk Afganistan, Rohingya, tapi untuk kasus buruh migran kita kok sepertinya tidak dianggap oleh negara lain," ujar Anis.

Khusus dengan Arab Saudi, dia meminta pemerintah menerapkan strategi baru bagaimana melakukan komunikasi dengan mereka.

(Baca juga: Di Depan Kedubes Arab Saudi, Demonstran Teriak Stop Hukuman Mati)

 

"Karena tidak mudah kita bicara dengan Saudi ini, kadang-kadang rasanya seperti bicara dengan tembok gitu ya. Dengan bahasa diplomasi, di depan mereka baik, tapi kemudian eksekusi dilakukan. Dengan bahasa surat, saya kira suratnya Pak Jokowi sudah sangat komperhensif, tapi juga diabaikan," ujar Anis.

Anis juga berharap, organisasi keagamaan lain di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah bisa ikut proaktif atas nama kemanusiaan dalam urusan pendekatan dengan Arab Saudi.

"Untuk ingatkan Saudi tidak brutal terus menerus dalam eksekusi mati terhadap pekerja migran. Apalagi, dalam proses hukum, banyak pekerja migran bukan pelaku kriminal, tapi hanya korban," ujar dia.

Kompas TV Andreas Hugo Pareira mendesak Kementrian Luar Negeri untuk mengirim nota protes atas esekusi mati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

Hari Jadi Ke-731, Surabaya Catatkan Rekor MURI Pembentukan Pos Bantuan Hukum Terbanyak Se-Indonesia

BrandzView
Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Tinjau Fasilitas Pipa Gas Cisem, Dirtekling Migas ESDM Tekankan Aspek Keamanan di Migas

Nasional
Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Nasional
Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Nasional
Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Nasional
Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Nasional
Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Nasional
Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Nasional
Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Nasional
Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Nasional
Tuding PDI-P Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo, Projo: Taktik Belah Bambu

Tuding PDI-P Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo, Projo: Taktik Belah Bambu

Nasional
Projo Ungkap Isi Pembicaraan dengan Jokowi soal Langkah Politik Kaesang di Pilkada

Projo Ungkap Isi Pembicaraan dengan Jokowi soal Langkah Politik Kaesang di Pilkada

Nasional
Ada 'Backlog' Pemilikan Rumah, Jadi Alasan Pemerintah Wajibkan Pegawai Swasta Ikut Tapera

Ada "Backlog" Pemilikan Rumah, Jadi Alasan Pemerintah Wajibkan Pegawai Swasta Ikut Tapera

Nasional
Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Ajak Delegasi ASCOPE ke Konservasi Penyu untuk Lepas Tukik

Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Ajak Delegasi ASCOPE ke Konservasi Penyu untuk Lepas Tukik

Nasional
Projo Mengaku Belum Komunikasi dengan Kaesang Soal Pilkada

Projo Mengaku Belum Komunikasi dengan Kaesang Soal Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com