Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelar Munas di NTB, PBNU Akan Bahas Dana Haji hingga Terorisme

Kompas.com - 23/09/2017, 07:05 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar NU 2017 pada 23 hingga 25 November 2017 di Nusa Tenggara Barat.

Forum permusyawaratan tertinggi kedua setelah muktamar itu mengangkat tema "Memperkokoh Nilai Kebangsaan Melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga."

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan, sebagai ormas keagamaan tersebesar, NU ingin menegaskan komitmennya dalam membentengi bangsa Indonesia dari paham radikalisme sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Said menuturkan, meski sekilas tampak berbeda, namun deradikalisasi dan penguatan ekonomi merupakan dua hal yang berkaitan.

Jika perekonomian warga membaik, tentu tidak akan mudah terpapar propaganda radikal.

Oleh sebab itu, Said berharap Munas dan Konbes mendatang mampu menghasilkan keputusan sekaligus sikap NU untuk menyelesaikan dua persoalan tersebut.

"Tema ini dipilih mengingat perkembangan kekinian yang dihadapi bangsa Indonesia. Berbagai bentuk virus radikal mengancam, di sisi lain tren pertumbuhan ekonomi kita terus menurun. Mudah-mudahan Munas dan Konbes nanti akan menghasilkan keputusan dan sikap NU dalam mengatasi situasi yang carut marut ini," ujar Said saat konferensi pers terkait rencana penyelenggaraan Munas dan Konbes NU 2017 di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (22/9/2017).

Dalam Munas, para alim ulama akan membahas berbagai masalah keagamaan, kebangsaan dan perundang-undangan.

Fokus pembahasan antara lain mengenai investasi dana haji untuk proyek infrastruktur, ujaran kebencian dalam berdakwah, Islam dan disabilitas, pembahasan RUU KUHP dan RUU Anti-terorisme.

"Hasil pembahasan Munas dan Konbes secara internal akan menjadi bagian dari langkah organisasi untuk menguatkan umat. Secara eksternal, akan menjadi rekomendasi bagi pemerintah untuk ditindaklanjuti," kata Said.

Pada kesempatan yang sama, Rois Aam PBNU Ma'ruf Amin menegaskan bahwa warga NU memiliki tanggung jawab terkait keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan.

Antara Islam, kebangsaan dan kemanusiaan, kata Ma'ruf, harus berjalan secara sinergis sehingga keutuhan bangsa tetap terjaga.

"Tidak boleh ada benturan. Oleh karena itu mensinergikan masalah agama, kebangsaan dan kemanusiaan menjadi tanggung jawab NU. Warga NU memiliki tanggung jawab besar untuk mengawal bangsa ini," kata Ma'ruf.

Sebagai organisasi Islam yang moderat, lanjut Ma'ruf, NU harus memiliki peran dalam mencegah berkembangnya paham radikal.

Maraknya radikalisme harus dilawan dengan wacana kontra-radikalisme dan program deradikalisasi.

"Perlu ada kontra-radikalisme dan deradikalisasi agar masalah kebangsaan, terutama radikalisasi, bisa diatas," tutur Ma'ruf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com