Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dekati Teroris, BIN Dorong Konsep "One Stop Service Intelligence"

Kompas.com - 03/06/2017, 17:20 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto memperkenalkan konsep baru deradikalisasi, yakni one stop service intelligence. Secara sederhana, one stop service intelligence adalah pendekatan antarpersonal kepada teroris dan berupaya membimbing mereka kembali ke jalan yang benar.

Wawan mengatakan, dirinya sudah mempraktikan konsep itu.

"Saya secara pribadi bertemu dengan teman-teman eks (pelatihan militer kelompok teroris di) Afganistan, eks (anggota) latihan militer Moro (Filipina) dan ISIS sendiri. Saya mendapatkan kepercayaan dari mereka," kata Wawan dalam sebuah diskusi di bilangan Cikini, Sabtu (3/6/2017).

Ia mengatakan bahwa mendapatkan kepercayaan adalah tahap pertama konsep tersebut. Tidak diduga, Wawan malah banyak mendapat informasi tentang seluk-beluk aktivitas kelompok mereka. Informasi itu mulai dari penyebaran pemahaman radikal dari Suriah ke Indonesia hingga metode penyelundupan senjata.

Setelah mendapatkan kepercayaan, kata Wawan, dia mulai memperdebatkan dan mempertentangkan pemahaman radikal sang teroris.

"Begitu mereka blak-blakan itu, saya peluk dia. Saya lalu bilang, 'Hey, kita ini mau jadi bangsa gila yang akan terus menyulut dendam berkepanjangan atau mau selesai. Lupakan dan tatap masa depan?'" ujar Wawan.

Baca juga: Cerita Mantan Teroris Gagal Kerja Ojek Online akibat Stigma...

"Kalau kita tetap memendam dendam sejarah, maka akan kembali ke zaman Ken Arok. Lalu apa gunanya? Padahal kalau kita bicara, ketemu kok masalahnya. Ada hitung, mari kita hitung. Ada rembuk, mari kita rembuk bareng," lanjut dia.

Seiring dengan itu, sang teroris harus dibantu dari sisi finansial. Misalnya, memberikan pekerjaan yang disukai. Perlahan-lahan, sang teroris akan sadar dan kembali ke jalan yang benar.

Dengan konsep one stop service intelligence itu, Wawan klaim, program deradikalisasi berhasil 95 persen. Hanya lima persen teroris yang kembali ke kelompok lamanya.

"Hanya lima persen yang gagal. Tapi yang lima persen inilah yang terus memviralkan diri. Catatan kami, ada 46.000 akun Twitter dan 4.800 situs yang digunakan ISIS untuk mempublikasikan ajaran mereka," ujar Wawan.

Lihat juga: Pejabat BIN Sebut 2.691 Terduga Teroris Sedang Dipantau

Karena itu, pendekatan melawan terorisme bukan melulu lewat penindakan hukum. Meski tidak berhasil 100 persen, konsep one stop service intelligence itu bisa menjadi model baru Indonesia dalam memberantas terorisme dengan cara-cara yang lebih humanis.

Wawan berharap, konsep tersebut diakomodasi juga di dalam Revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang saat ini masih dibahas di DPR RI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com