Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Komisi IX Duga Sri Rabitah Korban Sindikat Perdagangan Organ

Kompas.com - 28/02/2017, 10:03 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf mengaku, prihatin atas nasib yang menimpa Sri Rabitah.

Sri adalah tenaga Kerja Indonesia asal Lombok, Nusa Tenggara Barat yang kehilangan ginjalnya saat bekerja di Qatar pada 2014 lalu.

Dede menduga, Sri Rabitah menjadi korban dari sindikat perdagangan organ.

“Ini kejahatan kemanusiaan yang sangat sadis. Orang yang ingin bekerja, tapi ditipu dalam sindikat penjualan organ illegal,” kata Dede dalam pesan singkat kepada Kompas.com, Selasa (28/2/2017).

Ia berharap, agar pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat membantu biaya pengobatan Sri selama berobat di rumah sakit, sepanjang dirinya belum bisa bekerja.

(Baca: Kemenlu Duga Sri Rabitah Korban Sindikat Penjualan Organ Tubuh)

Di samping itu, ia meminta agar Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) untuk mengusut kasus ini sampai tuntas.

Pemerintah juga perlu mengajukan tuntutan hukum terhadap majikan selama berada di Qatar.

“Kejar perusahaan penyalur lokal maupun yang ada di Qatar yang telah melakukan perdagangan manusia dan organ secara illegal. Meminta pemerintah Indonesia untuk menuntut hukum majikan yang ada di sana,” ujarnya.

Sri berangkat menuju Qatar melalui BLK-LN Falah Rima Hudaity Bersaudara. Ia mengaku kerap mendapat perlakuan tak manusiawi selama bekerja.

Suatu hari, tiba-tiba majikannya mengajak Sri ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya.

Meski sempat menolak lantaran merasa sehat, namun ia tetap menjalani serangkaian pemeriksaan, seperti cek darah dan pemasangan infus, serta disuntik hingga tak sadarkan diri.

(Baca: Bupati Lombok Utara Akan Bersurat ke Presiden soal Nasib Sri Rabitah)

Belakangan, Sri merasa sering sakit-sakitan. Ia kerap mengalami batuk darah, kencing darah, dan keluar darah dari hidungnya. Karena kerap sakit-sakitan, Sri dipulangkan kembali ke Indonesia.

Suami Sri membawanya ke rumah sakit untuk dilakukan rontgen dan ia baru tahu telah kehilangan salah satu ginjalnya. (Baca: Sri Rabitah: Saya Tidak Ikhlas Ginjal Saya Diambil Diam-diam)

Kompas TV Kasus dugaan pencurian ginjal yang dialami Sri Rabitah direspons oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia. kemenlu akan bekerja sama dengan Polri untuk mengusut kasus ini dan akan mengirim wakil ke Qatar untuk melacak peristiwa ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com