Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wiranto Bantah Ada Upaya Militerisasi melalui Program Bela Negara

Kompas.com - 17/02/2017, 18:58 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menegaskan, konsep program bela negara yang sudah berjalan tidak mengadopsi cara-cara pelatihan militer.

Dia membantah anggapan program bela negara merupakan upaya militerisasi masyarakat sipil.

"Bela negara ini bukan sama dengan melatih rakyat agar memiliki kemampuan seperti militer, bukan militerisasilah," ujar Wiranto seusai menggelar rapat koordinasi khusus terkait pelaksanaan program bela negara, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (17/2/2017).

Wiranto menjelaskan, program bela negara pada dasarnya ditujukan agar seluruh masyarakat Indonesia mempunyai rasa nasionalisme.

Jika kesadaran itu sudah terbentuk, akan mudah untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman.

Pemerintah berharap program bela negara juga bisa meminimalisasi berbagai konflik, mulai dari konflik horizontal di kalangan masyarakat, hingga konflik vertikal antara masyarakat dan pemerintah.

"Bela negara yang dimaksudkan untuk menciptakan rasa ikut memiliki negeri ini, dari sanalah kemudian muncul kewajiban untuk membela, jangan sampai negeri ini susah, jangan sampai negeri ini repot, jangan sampai negeri ini terganggu, ayo kita bela bersama lewat kewajiban masing-masing masyarakat," ujar dia.

Menurut Wiranto, pelaksanaan program bela negara saat ini berada di bawah koordinasi Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas).

Hal ini pun menyebabkan adanya perubahan fungsi Wantannas dari tataran konsep hingga tingkatan praktis.

Selama ini, lanjut Wiranto, fungsi dan peran Wantannas hanya pada tataran konsep ketahanan nasional.

Kini fungsi itu akan diubah dan disesuaikan untuk kegiatan pemantapan bela negara.

"Sekarang Wantannas kami berikan misi yang lebih aplikatif, yang lebih membumi untuk merancang, merencanakan, mengawasi, mengendalikan kegiatan pemantapan bela negara kepada seluruh warga negara Indonesia," kata Wiranto.

Sebelumnya, program bela negara sempat menimbulkan polemik pada awal Januari 2017.

Saat itu, Kodam III/Siliwangi mencopot jabatan Komandan Kodim (Dandim) 0603 Lebak, Banten, karena dinilai telah melakukan kesalahan, yakni menyelenggarakan kegiatan bela negara dengan sebuah ormas.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh Kodam III/Siliwangi terhadap Dandim Lebak, ditemukan kesalahan prosedur, yaitu Dandim tidak melapor terlebih dahulu, baik kepada Danrem maupun Pangdam III/Siliwangi, sebelum menyelenggarakan kegiatan bela negara.

Wakil Direktur Imparsial Gufron Mabruri menilai program bela negara belum memiliki konsep yang jelas.

Hal itu menimbulkan berbagai persepsi masyarakat, baik secara negatif maupun positif terhadap program pemerintah yang awalnya berada di bawah koordinasi Kementerian Pertahanan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Nasional
Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

BrandzView
Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com