Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyegarkan Kembali Gagasan Konvensi

Kompas.com - 19/01/2017, 22:28 WIB

Oleh: Akbar Tandjung

 

Pemberitaan Kompas (14/1), ”Perekrutan Calon Jadi Penentu”, menggarisbawahi perkembangan pembahasan RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu terkait pentingnya konvensi sebagai metode penjaringan calon presiden dan wakil presiden di internal masing-masing partai politik peserta pemilu.

Sebagai perbandingan, Kompas juga mengetengahkan ulasan tentang pemilihan pendahuluan atau primary dalam tradisi pemilihan Presiden AS. Pemberitaan Kompas (16/1), ”Konvensi Diusulkan”, kembali mengetengahkan perkembangan menguatnya gagasan penerapan metode konvensi dalam pembahasan RUU itu oleh beberapa fraksi.

Secara umum dapat dicatat bahwa dalam metode konvensi, proses menghadirkan capres dan cawapres dilakukan secara bottom up atau dari bawah ke atas dengan melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholder) partai yang bersangkutan.

Konvensi juga dilakukan dengan mengedepankan prinsip transparansi dan keterbukaan di mana partai membuka kesempatan bagi segenap tokoh bangsa ikut berkiprah di dalamnya. Dengan demikian, metode konvensi menegaskan penguatan kelembagaan partai sebagai basis perekrutan kepemimpinan nasional. Konvensi juga menegaskan bahwa partai bukan entitas yang eksklusif, melainkan inklusif dalam fungsi perekrutan politiknya. Melalui konvensi, partai memberi kesempatan kepada para tokoh terbaik bangsa berkompetisi sebagai kandidat presiden.

Jadi, konvensi dilakukan bukan sekadar demi kebaikan partai bersangkutan dalam memperkuat kelembagaannya, melainkan juga memberikan ruang bagi kehadiran kandidat pemimpin nasional yang berkualitas melalui suatu proses politik yang transparan, partisipatif, dan demokratis. Karena itu, mengemukanya gagasan konvensi dalam pembahasan RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu saat ini seyogianya disambut positif.

Konvensi Partai Golkar

Gagasan tentang konvensi tentu saja mengingatkan kita pada pengalaman Partai Golkar. Dalam sejarah politik Indonesia, metode konvensi pertama kali dilakukan Partai Golkar saat saya memimpin partai ini (1998-2004). Terlepas dari berbagai kekurangan, Partai Golkar telah memelopori mekanisme perekrutan kandidat presiden secara terbuka melalui konvensi. Konvensi tersebut telah memperoleh banyak apresiasi dari ilmuwan politik yang memandangnya sebagai inovasi atau terobosan politik yang konstruktif.

Penyelenggaraan konvensi Partai Golkar tak lepas dari pertimbangan-pertimbangan di atas. Wacana mengenai konvensi memang mengemuka di internal Partai Golkar saat itu. Sebagai ketua umum, saya sangat mengapresiasi gagasan konvensi yang diperkuat pengalaman konvensi di AS. Golkar bertekad hendak mengambil kepeloporan dalam menghadirkan kandidat presiden yang dilakukan secara terbuka, transparan, dan demokratis.

Konvensi Partai Golkar telah mendongkrak popularitas dan elektabilitas partai ini. Hal ini dibuktikan Partai Golkar sebagai pemenang utama Pemilu 2004 dengan dukungan 24.480.757 suara atau 129 dari 550 kursi di DPR.

Konvensi diikuti oleh puluhan tokoh, termasuk cendekiawan Nurcholish Madjid yang karena alasan tertentu mengundurkan diri. Konvensi diselenggarakan melalui dua putaran pemilihan. Pada putaran pertama terseleksi nama-nama Akbar Tandjung, Wiranto, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, Surya Paloh, dan Sultan Hamengku Buwono X. Pada putaran kedua, tinggal Akbar Tandjung dan Wiranto, di mana konvensi akhirnya dimenangi Wiranto.

Terkait realitas tersebut, sejarah kepemimpinan politik Indonesia pun mencatat bahwa para alumni konvensi kemudian mampu berkiprah menjadi elite-elite politik utama di Indonesia dewasa ini. Wiranto yang pernah menjadi capres dari Partai Golkar hasil konvensi mendirikan Partai Hanura dan kini menjabat Menko Polhukam.

Prabowo Subianto, yang mendirikan Partai Gerindra, juga pernah menjadi capres. Jusuf Kalla juga pernah menjadi capres, saat ini menjadi wakil presiden. Aburizal Bakrie pernah menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Surya Paloh mendirikan Partai Nasdem. Ini menunjukkan bahwa konvensi Partai Golkar, bagaimanapun, telah menjadi candradimuka kepemimpinan nasional.

Konsekuensi

Sayangnya, dalam perkembangannya metode konvensi ditiadakan. Sebagai penggagas dan pihak yang pernah menyelenggarakan dan terlibat sebagai peserta konvensi, saya sangat menyayangkan tak dilanjutkannya tradisi ini. Kalaupun ada kekurangan dan keterbatasan, mestinya konvensi tetap dipertahankan dengan membenahi sistem dan format penyelenggaraannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com