JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan Antropolog untuk Indonesia yang Bhineka dan Inklusif menilai, Indonesia tengah mengalami darurat toleransi.
Hal itu disampaikan oleh Kartini Sjahrir, antropolog yang tergabung dalam gerakan tersebut saat jumpa pers di Jakarta Selatan, Jumat (16/12/2016).
Ia mengatakan, saat ini Indonesia tengah mencapai titik eksplosif setelah 18 tahun lamanya memasuki era keterbukaan setelah Orde Baru.
Titik ledak dari kebebasan ekspresi itu, kata Kartini, berubah menjadi ekspresi kebebasan yang melewati batas.
Salah satu bentuknya adalah kesenangan merundung (mem-bully) orang lain, terutama di dunia maya.
"Jadi kecenderungannya sekarang itu akibat ekspresi kebebasan yang kelewat batas, seolah kita itu senang lihat orang susah dan susah lihat orang senang," kata dia.
Kartini juga mengingatkan media yang dinilainya menjadi salah satu medium penyebar intoleransi.
"Masih banyak media yang menampilkan berita yang tidak cukup objektif. Lebih banyak informasi yang menyangkut identitas kelompok yang disampaikan tanpa proses verifikasi," kata Kartini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.