Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPA: 28 Juta Petani Tidak Punya Tanah Produksi Pertanian

Kompas.com - 24/09/2016, 15:26 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 yang diperingati sebagai Hari Tani Nasional, kehidupan petani di Indonesia dinilai tidak mengalami banyak perubahan.

Wakil Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika mengatakan hingga kini nasib petani Indonesia tidak kunjung membaik.

Kemiskinan di pedesaan semakin meluas karena ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah yang semakin parah.

"Banyak petani yang tidak memiliki tanah dan petani gurem. Selain itu banyak juga terjadi konversi lahan dari fungsi pertanian ke fungsi lain seperti penanaman tanaman industri oleh korporasi. Sebagain besar tanah dikuasai industri," ujar Dewi saat menggelar konferensi pers peringatan Hari Tani Nasional 2016, di kantor sekretariat nasional KPA, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (24/9/2016).

Dewi menjelaskan, ketimpangan kepemilikan tanah terjadi karena pelaksanaan reforma agraria tidak berjalan dengan baik.

Berdasarkan catatan KPA, terdapat sekitar 28 juta petani yang statusnya tidak memiliki tanah.

Presiden Joko Widodo menjanjikan pelaksanaan reforma agraria melalui Nawacita dan RPJMN 2015-2019 melalui pelaksanaan kebijakan redistribusi tanah dan legalisasi aset 9 juta hektar bagi petani.

Namun Dewi menilai kebijakan tersebut tidak berjalan sebab pelaksanaanya hanya sebatas pada pemberian sertifikat tanah tanpa disertai kelanjutan program pendukung pertanian, seperti pembangunan infrastruktur, pengadaan pupuk dan benih secara mandiri, serta pengelolaan lahan mulai dari masa pra hingga pasca-produksi.

"Reforma agraria itu suatu proses yang panjang harus ada perubahan tata kuasa, tata milik, tata guna dan tata produksi sehingga tidak cukup hanya sertifikasi. Harus ada program penunjang," kata Dewi.

Dalam praktiknya pun ada ketidakjelasan antara subjek penerima sertifikat tanah dan objek tanah yang dijanjikan.

Pasalnya, kata Dewi, masih ditemukan kasus petani yang tidak menerima sertifikasi tanah dan pemerintah juga tidak bisa menunjukkan lokasi 9 juta hektar lahan tersebut.

Di sisi lain, banyak kebijakan investasi pemerintah yang tidak sejalan dengan reforma agraria seperti investasi pertambangan, perkebunan tanaman industri seperti sawit dan impor pangan.

Dengan adanya investasi pertambangan dan perkebunan tanaman industri, maka pihak investor akan mencoba mengambilalih lahan pertanian yang belum ataupun sudah disertifikasi.

"Banyak sertifikasi yang tidak jatuh ke tangan petani kecil. Prosesnya tidak jelas. Di sisi lain kebijakan pemerintah banyak yang tidak pro terhadap petani kecil," ungkapnya.

Selain itu, Dewi juga menilai ketiadaan lembaga pelaksana reforma agraria yang dipimpin langsung oleh Presiden menunjukkan bahwa pemerintah tidak memiliki kemauan menjalankan reforma agraria yang menyeluruh.

Kompas TV Petani Tebus Mesin Pompa Air Jelang Kemarau

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com