Sabtu malam 13 Agustus 2016 saya diundang Addie MS untuk menyaksikan pagelaran Twilite Orchestra di Aula Simfoni Jakarta, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Pagelaran ini merupakan persembahan dari Twilite Orchestra untuk negeri, dalam rangka perayaan 25 tahun Twilite Orchestra serta turut menyambut HUT Kemerdekaan RI ke 71. Yang ditampilkan adalah lagu-lagu daerah dan lagu perjuangan yang patriotik.
Konser Simfoni Negeriku, demikian judulnya. Dan seperti biasa Twilite Orchestra berada dibawah komando Addie MS sebagai konduktor yang kali ini menampilkan Lea Simanjuntak, Daniel Kristianto, Rama Widi (pemain harpa), Twilite Chorus, PSM Universitas Mercu Buana dan Perbanas Institute Choir.
Lagu-lagu dari berbagai daerah di Indonesia dipilih dengan cermat oleh Addie MS yang kemudian disandingkan dengan lagu-lagu perjuangan yang memang kerap diperdengarkan saat menjelang HUT kemerdekaan RI.
Diantara lagu-lagu daerah yang disajikan Twilite Orchestra malam itu antara lain adalah Bungong Jeumpa dari Aceh, Alusi Au Sumatera Utara, Ayam den Lapeh Sumatera Barat, Bengawan Solo jawa Tengah, O Ina Ni Keke Sulawesi Utara, Rasa Sayange Maluku, Anging Mamiri Sulawesi Selatan dan Yamko Rambe Yamko Papua.
Selain itu, secara istimewa dipentaskan pula seorang solois Harpa, Rama Widi yang memainkan dengan sangat mempesona rangkaian aneka lagu daerah yang dipadukan menjadi satu , diantaranya terdiri dari Cik Cik Periuk, Tokecang, Mande Mande, Sigulempong dan Padang Bulan.
Pada sesi kedua setelah istirahat selama lebih kurang 30 menit, Twilite Orchestra kemudian menampilkan lagu-lagu perjuangan yang tidak asing lagi di telinga kita, karena biasa diperdengarkan menjelang peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Diantara lagu yang dimainkan dengan sangat dinamis itu ada lagu Hari Merdeka dan lagu Syukur ciptaan Hs Mutahar. Berikutnya adalah lagu Mars Pancasila buah karya Sudharnoto, Bagimu Negeri ciptaan Kusbini, Dari Sabang sampai Merauke ciptaan R. Sunaryo dan Indonesia Pusaka serta Rayuan Pulau Kelapa-nya Ismail Marzuki.
Tidak ketinggalan lagu yang sangat dikenal luas buah karya dari Ibu Soed, Tanah Tumpah Darahku, Tanah Airku dan Berkibarlah Benderaku. Kemudian lagu yang sangat bersemangat Bangun Pemudi Pemuda ciptaan Alfred Simanjuntak.
Mendengar lagu-lagu perjuangan tersebut, ingatan saya terbawa jauh ke tahun 1950-an. Pada saat itu anak-anak sekolah di Jakarta menjelang tanggal 17 Agustus berlatih bersama-sama di Stadion Ikada untuk aubade di Istana Merdeka.
Aubade anak sekolah di Jakarta berlangsung petang hari tepat tanggal 17 Agustus dalam sesi yang dilakukan menjelang penurunan bendera.
Anak-anak sekolah dijemput menggunakan truk dari sekolah mereka ke Stadion Ikada untuk berlatih menyanyikan lagu-lagu perjuangan yang menggugah semangat.
Aubade itu diiringi korps musik Kepolisian Negara yang konduktor nya adalah R.A.J Soedjasmin. Masih terbayang-bayang bagaimana gaya sang konduktor yang mirip-mirip juga dengan gaya Addie MS memimpin Twilite Orchestra.
Dia menghadap terlebih dahulu kepada kelompok musik saat memperdengarkan alunan lagu pengantar sebelum anak-anak semua menyanyikan lagu bersama-sama.
R.A.J Soedjasmin segera menghadap kearah anak-anak saat memberikan aba-aba untuk saat dimulainya menyanyikan lagu bersama-sama.