JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan insiden yang terjadi di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Jumat (29/9/2016), disebabkan proses komunikasi dengan berbagai pihak yang belum selesai. Warga Desa Lingga menolak pembangunan relokasi tahap dua korban erupsi Gunung Sinabung.
"Mungkin dialognya belum matang di sana. Sehingga ketika ada pengembang yang akan membangun tempat pengungsian di sana, warga memasang pagar. Pagar itu menghalangi jalan," kata Tito dalam konferensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (31/7/2016).
Tito mengatakan, masyarakat di Desa Lingga belum berkenan dengan pembangunan relokasi karena merasa terdesak dengan masuknya warga empat desa ke dalam satu desa.
"Karena itu satu desa, sementara yang akan dipindahkan empat desa. Sehingga mereka ada penolakan," ucap Tito.
Ia menuturkan, warga Desa Lingga menolak pagar tersebut dibuka. Selain itu juga terjadi pembakaran alat berat dan tenda polisi yang ditempatkan untuk mengamankan situasi.
Polres kabupaten Karo mengamankan beberapa warga untuk dilakukan pemeriksaan. Namun, warga Desa Lingga mendatangi Polres dan meminta warga yang diperiksa dibebaskan hingga berujung pada aksi pelemparan batu.
Polisi membubarkan warga dengan gas air mata. Setelah itu diketahui adanya warga yang meningal dunia.
"Hasil pemeriksaan ada luka terbuka di bagian belakang kepala. Ini sudah diperiksa dan diserahkan kepada keluarga. Hari in akan dimakamkan," ujar Tito.
Tito mengatakan polisi melakukan peningkatan pengamanan di Desa Lingga untuk mencegah terjadinya aksi kerusuhan. Selain itu, polisi juga melakukan dialog dengan warga.
Hari ini Tito baru saja tiba setelah mengunjungi dua titik kerusuhan, di Desa Lingga dan di Tanjungbalai. Ia tiba di Bandara Halim Perdanakusuma sekitar pukul 12.00. Tito menyebut situasi di dua lokasi itu sudah terkendali.