Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Yohana Kaji Dampak "Pokemon Go" terhadap Anak

Kompas.com - 22/07/2016, 16:50 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise tengah mengkaji dampak game virtual Pokemon Go untuk tumbuh kembang anak atau tidak.

"Saya sudah minta tim yang biasa mengkaji. Biar mereka itu kaji dulu ke depannya seperti apa," ujar Yohana di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (22/7/2016).

Yohana mengatakan, fenomena game Pokemon Go merupakan isu anak yang harus diperhatikan juga.

(Baca: Kapolri Terbitkan Surat Larangan Polisi Main "Pokemon Go")

Sebab, menurut Yohana, keberadaan game semacam itu berdampak besar bagi tumbuh kembang anak.

"Oleh sebab itu, harus kami kaji, kami sortir. Harus selektif ya apakah game itu memberikan nilai pendidikan terhadap anak-anak atau enggak," ujar dia.

Kajian itu akan berujung pada penerbitan surat imbauan bagi orangtua. Selain itu, surat itu juga akan dikoordinasikan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Yohana membantah hanya melakukan kajian terhadap Pokemon Go. Menurut dia, tiap kali terdapat permainan anak yang dianggap rentan memengaruhi tumbuh kembang anak, pihaknya selalu melakukan kajian.

(Baca: Dilarang Main "Pokemon Go" di Istana Kepresidenan)

Pokemon Go merupakan game berbasis augmented-reality yang dikembangkan oleh Pokemon Company bekerja sama dengan Nintendo dan Niantic.

Pada umumnya, Pokemon Go merupakan game gratis untuk Android dan iOS, mengizinkan pemainnya untuk menangkap karakter Pokemon yang tersembunyi di berbagai lokasi dunia nyata.

Game ini sedang digandrungi di seluruh dunia, bahkan di Indonesia. Sejumlah instansi di Tanah Air bahkan melarang permainan ini dimainkan karyawan atau anggotanya. Polri, TNI, dan beberapa lainnya melarang warga untuk mencari di kantor milik mereka. 

Kompas TV Pemerintah Larang Buru Pokemon di Area Vital Negara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com