Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Bergerak Cepat Hentikan Peredaran Vaksin Palsu

Kompas.com - 30/06/2016, 11:55 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi IX DPR RI Karolin Margret Natasa mengatakan, terungkapnya peredaran vaksin palsu di Indonesia sangat memprihatinkan.

Dia meminta pihak berwenang segera bertindak cepat untuk menghentikan peredarannya.

Apalagi, praktik produksi dan distribusi vaksin palsu telah berlangsung sejak 2003.

Bayi yang lahir sejak tahun tersebut diindikasi divaksinasi dengan vaksin palsu.

“Saya minta hasil telusur Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bertindak cepat untuk segera mengambil sampel di seluruh Indonesia untuk cek vaksin yang beredar,” ujar Karolin, melalui keterangan tertulis, Kamis (30/6/2016).

“Untuk Kementerian Kesehatan RI, harus segera melakukan pendataan terkait rumah sakit yang kemungkinan telah menggunakan vaksin palsu. Harus ditelusuri distributor vaksin palsu tersebut untuk mengetahui wilayah peredarannya,” lanjut dia.

Karolin mengatakan, jika terbukti sampel tersebut positif palsu, ia meminta pemerintah, Bareskrim, dan pihak berwenang lainnya untuk menarik semua vaksin yang saat ini beredar, dan menggantinya dengan vaksin yang asli dan dipastikan aman.

Hal ini penting untuk menjamin keamanan dan perlindungan kesehatan bayi dan balita Indonesia. 

Hingga saat ini, 194 negara, termasuk Indonesia, menyatakan bahwa imunisasi terbukti aman dan bermanfaat untuk mencegah sakit berat, wabah, cacat, dan kematian akibat penyakit berbahaya.

Jika vaksin yang digunakan terindikasi palsu, maka akan membahayakan kesehatan bayi dan balita tersebut.

Oleh karena itu, Karolin meminta untuk dilakukan vaksinasi ulang di daerah yang diduga menjadi lokasi beredarnya vaksin palsu.

"Untuk perencanaan kesehatan tahun depan, harus disiapkan program vaksinasi ulang bagi daerah-daerah yang terindikasi vaksin palsu beredar. Kami ingin anak-anak Indonesia mendapatkan manfaat sebenarnya dari diberikannya vaksinasi ini,” kata Karolin.

Efek jangka panjang dari vaksin palsu terhadap beberapa indikator kesehatan di Indonesia mungkin saja dirasakan beberapa tahun yang akan datang.

"Sebab vaksin palsu tidak dapat melindungi anak-anak dari penyakit-penyakit berbahaya yang seharusnya dapat dicegah dengan vaksinasi,” tutur Karolin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com