JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa akan mengecek laporan soal Sabira Husin, bayi asal Aceh Utara.
Bayi Sabira dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) karena mengidap penyakit atresia bilier atau tidak terbentuknya saluran empedu dengan sempurna.
"Soal bayi Sabira ini saya akan cek dulu ya laporannya seperti apa," ujar Khofifah saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (8/6/2016).
Khofifah menjelaskan alasan dia belum mendapatkan informasi detail soal Sabira. Sebab, setiap hari di meja Khofifah dipenuhi surat permohonan bantuan dana untuk bayi-bayi yang mengalami sakit.
Setiap hari, tak pernah kurang dari 20 surat yang menumpuk di mejanya.
Kebanyakan, surat-surat itu berasal dari orang yang berasal dari luar Jakarta. Mereka meminta bantuan untuk biaya menginap, transportasi dan makan selama bayinya dirawat di Jakarta.
"Dan rata-rata itu tulisan tangan, diikuti fotonya, KTP dan KK. Itu satu hari tidak pernah kurang dari dua puluh surat," ujar dia.
Ada juga yang meminta bantuan biaya medis. Namun, hal itu adalah wewenang Kementerian Kesehatan. Oleh sebab itu jika ada permintaan itu, Khofifah berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan untuk mencarikan solusi.
Tim "Quick Response"
Khofifah mengatakan, surat-surat itu langsung dilimpahkan ke tim bernama Quick Response Kemensos. Mereka akan turun ke lapangan untuk mengecek kebutuhan sang bayi.
Soal bayi Sabira yang membutuhkan biaya transfusi darah, susu dan pascaoperasi, Khofifah memastikan, hal itu tidak luput dari otoritas tim Quick Respons.
"Biasanya mereka merespons sesuai dengan kebutuhan yang harus diantisipasi. Makanya saya akan cek dulu soal bayi Sabira ini, apa-apa saja yang bisa di-support," ujar Khofifah.
Bayi Sabira yang lahir 12 bulan lalu saat ini sudah masuk ke dalam ruang karantina RSCM. Rencananya, tim dokter akan melakukan operasi ganti hati tanggal 11 Juni 2016. Pendonor hati bayi malang ini tak lain adalah ayahnya, Jefriza.
Ibu Sabira, Cut Linda Marheni mengatakan, saat ini untuk biaya operasi, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memberikan tanggungan dana sebesar Rp 250 juta, sedangkan RSCM sebesar Rp 750 juta.
Namun, Linda masih mengkhawatirkan perihal biaya transfusi darah. Pasalnya, biaya sebesar Rp 4 juta untuk satu kantong darah itu tidak ditanggung oleh siapa pun.
Terlebih lagi, transfusi darah diperkirakan membutuhkan hingga 40 kantong darah. Linda menyebutkan, mereka butuh dana sebesar Rp 150 juta untuk kebutuhan darah, susu, dan check-up pasca-operasi nanti. Uang itu akan digunakan sebelum dan sesudah operasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.