JAKARTA, KOMPAS.com - Partai pendukung pemerintah kian gemuk dengan kehadiran Partai Golkar. Hanya Partai Gerindra yang masih teguh memposisikan diri.
Namun, dengan posisi itu, Gerindra bukan tidak mungkin justru akan mendapat simpati besar dari masyarakat Indonesia dalam pemilu mendatang. Hal ini diungkapkan Peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ardian Sopa.
Menurut Ardian, Partai Gerindra bisa berkaca pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Di era pemerintahan SBY, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu konsisten menjadi oposisi hingga akhirnya meraih hasil mutlak pada pilpres 2014.
"PDI-P dulu konsisten untuk menjadi oposisi. Buahnya ada di pemilu 2014 lalu. Gerindra kalau konsisten bisa jadi memetik buah yang sama," ujar Adrian di kantor LSI, Jakarta Timur, Rabu (18/5/2016).
(Baca: Resmi, Golkar Nyatakan Keluar dari KMP)
Dia berpendapat, saat ini masih banyak masyarakat serta simpatisan yang berharap bahwa partai pimpinan Prabowo Subianto ini tetap menjadi oposisi. Terlebih sejak kemunculannya, Partai Gerindra tegas bersikap ingin menjadi oposisi pemerintahan Jokowi-JK.
Sikap inilah yang harus terus dijaga dengan konsiten. Dengan demikian, masyarakat akan melihat jati diri Partai Gerindra sebenarnya.
"Republik ini yang penting sebenarnya kan, pertama adalah jati diri. Jangan sampai gerindra sudah jadi oposisi tapi nantinya malah dukung pemerintah, itu malah memperburuk kondisi," kata Ardian.
(Baca: Gerindra: KMP Kepanjangannya Sekarang "Kenangan Masa Pilpres")
Partai Golkar sebelumnya memutuskan keluar dari KMP, koalisi bentukan pada masa Pemilihan Presiden 2014. Keputusan itu diambil saat sidang paripurna Munaslub Golkar, Senin (16/5/2016) malam.
Sebelum Golkar, dua parpol lain, yakni PAN dan PPP, sudah lebih dulu menyatakan mendukung pemerintahan Jokowi-JK. Dengan demikian, hanya Gerindra dan PKS yang berada di dalam KMP. Adapun Demokrat memilih sebagai parpol penyeimbang.