Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid prihatin akan kasus kejahatan moral yang marak terjadi akhir-akhir ini. Keprihatinan tersebut disampaikannya di sela pertemuan dengan komunitas One Day One Juz (ODOJ) di ruang kerjanya, hari ini, Senin (9/5).
Hidayat menyoroti beberapa kasus seperti pembunuhan dosen pembimbing yang dilakukan oleh mahasiswanya sendiri di Sulawesi Utara, kasus perkosaan siswi YN di Bengkulu dan perampokan disertai pembunuhan terhadap mahasiswi UGM yang sedang santer diberitakan. “Kejadian yang baru-baru ini terjadi membenarkan pernyataan Menteri Sosial bahwa Indonesia darurat kejahatan terhadap anak-anak dan perempuan. Mereka yang melakukan kejahatan terhadap perempuan dan anak ini bertentangan dengan Pancasila, ” ujar Hidayat Nur Wahid.
Oleh karena itu Hidayat mendukung kegiatan-kegiatan anak muda yang bersifat positif dan membangun akhlak anak bangsa. Menurut Hidayat, semua hal negatif tersebut harus disudahi dengan melakukan pendidikan akhlak, moral dan karakter terhadap anak muda. Salah satunya seperti program yang selama ini digalakkan oleh komunitas One Day One Juz.
“Kita harus serius karena kejahatan narkoba dan miras sudah darurat dan merusak mental anak muda. Alhamdullilah jika saat ini sudah banyak sekarang kegiatan-kegiatan positif dari masyarakat sendiri yang mampu memperbaiki akhlak,” kata Hidayat.
Komunitas One Day One Juz telah bergerak sejak tiga tahun lalu dengan programnya yaitu membaca 1 juz Alquran setiap hari. Tujuannya adalah kembali menumbuhkan semangat menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam Al-Quran dalam keseharian dan menumbuhkan rasa cinta pada Alquran. Gerakan ini mendapat respon positif dan sejauh ini telah diikuti oleh 100.000 orang yang berdomisili di Indonesia dan negara tetangga.
Komunitas yang diketuai oleh Ricky Adrinaldi tersebut, dalam pertemuan singkatnya dengan Hidayat Nur Wahid saat itu memaparkan bahwa dalam waktu dekat akan mengadakan sebuah acara akbar berskala internasional seputar Alquran. One Day One Juz akan menggelar Olimpiade Pecinta Alquran pada 5-12 November 2016 mendatang. Kegiatan tersebut langsung mendapat dukungan dari Hidayat Nur Wahid.
“Kegiatan ini akan menebarkan hal yang positif. Alquran berisi nilai-nilai kebaikan yang sifatnya universal, tidak mengajarkan kejahatan, radikalisme dan tidak berorientasi negatif. Program-program seperti ini yang seharusnya mendapat dukungan dan diberi ruang seluas-luasnya,” ujarnya lagi.
Selain elemen masyarakat, negara dalam artian pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga perlu hadir. “Karena itu saya pikir memang perlu segera revisi undang-undang perlindungan perempuan dan anak agar ada hukuman sekeras-kerasnya. Termasuk Perppu kebiri mungkin perlu dilakukan dalam kondisi tertentu,” kata politisi PKS tersebut.
Hukuman yang maksimal dan adil perlu diberlakukan untuk menunjukkan kehadiran negara untuk memperbaiki negara ini dari kejahatan-kejahatan moral yang sebabnya kebanyakan adalah miras dan narkoba. Negara harus hadir dengan kuat jika ingin melindungi seluruh tumpah darah Indonesia yang di mana anak-anak dan perempuan termasuk di dalamnya. Perppu adalah sebuah terobosan, tapi perlu diperdalam dan diperkuat lagi elemen-elemen dalam undang-undang perlindungan perempuan dan anak. Begitu juga dengan program-program preventif.
“Sudah ada usulan soal undang-undang ketahanan keluarga. Di situ terbahas semuanya bagaimana keluarga nanti dapat berkembang dengan sehat. Di Kementrian Sosial juga sudah ada program Satgas Perlindungan Anak. Saya berharap dua-duanya bisa berjalan maksimal. MPR sendiri terkait dengan UUD, termasuk kita lakukan sosialisasi tentang ketentuan-ketentuan dasar soal moral dan akhlak,” tutup Hidayat Nur Wahid. (Adv)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.