Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Tahanan Polres Luwu yang Tewas, Ini Tanggapan Kapolda Sulselbar

Kompas.com - 05/04/2016, 22:40 WIB
Hendra Cipto

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Kepala Polda Sulselbar, Inspektur Jendral (Irjen) Polisi Pudji Hartanto Iskandar akhirnya angkat bicara terkait tahanan Polres Luwu, Jufrianto tewas secara mengenaskan di dalam selnya dengan luka di sekujur tubuhnya.

Pudji mengatakan, pihaknya membuka pintu lebar kepada keluarga Jufrianto untuk membawa dokter untuk melakukan otopsi. 

"Ketidak percayaan pihak keluarga terhadap tim dokter polisi, itu haknya dia. Tapi saya jelaskan, dokter polisi itu telah disumpah sebelum menjalankan tugasnya. Kita pun persilakan pihak keluarga jika membawa dokter sendiri," kata dia, Selasa (5/4/2016).

Pudji mengungkapkan, Jufrianto merupakan DPO, residivis pelaku pencurian motor. Dari keterangan Kepala Polres Luwu, Jufrianto meninggal karena sakit. Meski Jufrianto meninggal karena sakit, ia pun tetap menerima laporan pihak keluarga yang keberatan.

"Laporan keluarga sudah kita terima. Kalau pun ada unsur kekerasan yang mengakibatkan Jufrianto meninggal, kita tetap akan proses oknum pelakunya. Jelas kita akan turunkan Propam Polda Sulselbar mengusut kasus ini," tegasnya.

Terkait dana Rp 30 juta yang akan diberikan ke pihak keluarga, kata Pudji, itu merupakan santunan tanpa ada unsur paksaan. Jika memang pihak keluarga tidak mau menerima, kepolisian tidak akan memaksakan.

"Keluarga Jufrianto memplesetkan lagi niat baiknya polisi. Itu cuman santunan, tapi kalau tidak mau ya sudah. Tidak masalah bagi kami. Masalah bagi polisi jika santunan itu diplesetkan agar uang Rp 30 Juta itu adalah uang untuk keluarga tidak mempermasalahkan kematian Jufrianto," jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, seorang tahanan Polres Luwu, Jufrianto yang diduga sebagai penadah motor curian tewas mengenaskan di dalam selnya dengan luka di sekujur tubuhnya. Jenazah Jufriadi lalu dibawa keluarganya ke Makassar untuk dilakukan otopsi.

Saat ini, jenazah Jufrianto masih berada di RS Bhayangkara, Makssar. Namun sampai kini belum dilakukan otopsi, karena pihak keluarga meminta tim dokter independen dan bukan bukan tim dokter polisi yang melakukan otopsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com